Bogor, KPonline – Berbagai macam bentuk bencana alam telah terjadi di negeri kita Indonesia. Bencana alam tersebut tidak dapat kita hindari ataupun dapat kita tolak. Semua sudah digariskan. Ada sebuah ketentuan Tuhan yang tak akan mampu dilawan oleh manusia. Adakah manusia yang mampu menepis ketentuan Tuhan yang sudah digariskan?
Lantas bagaimana sikap kita sebagai salah satu mahluk Tuhan yang afa di Bumi Indonesia ini ? Bagaimana kita harus menyikapi segala macam bentuk bencana alam tersebut? Ada sebagian kalangan yang beranggapan, bencana alam yang telah terjadi sebagai bentuk musibah. Sebagian yang lain merasa itu adalah sebuah teguran dari Tuhan. Bahkan sebagian yang lain mengatakan, bahwa itu sebagai azab atas kelakuan manusia yang sudah berbuat kerusakan diatas muka Bumi. Terlepas dari benar atau tidaknya berbagai argumentatif tersebut diatas, semua dikembalikan kepada nurani kita dalam merasakannya.
Ada sepotong kisah yang cukup menarik pada saat Aksi Penggalangan Dana Kemanusiaan FSPMI Bogor, untuk kita simak dan ambil hikmahnya. Kisah penuh inspirasi tersebut terjadi disela-sela kegiatan Aksi Penggalangan Dana Kemanusiaan untuk para korban bencana alam dan tsunami yang terjadi diwilayah Palu, Donggala dan wilayah sekitarnya. Aksi Penggalangan Dana Kemanusiaan yang diselenggarakan oleh Garda Metal Bogor, Media Perdjoeangan Bogor, Jamkeswacth Bogor, dibawah koordinasi FSPMI Bogor ini, dilaksanakan pada hari 4-5 Oktober 2018
Di seputar lampu merah Sentul, Bogor, kami dikejutkan dengan kehadiran seorang laki-laki paruh baya. Laki-laki itu mengaku berprofesi sebagai wirausahawan tambal ban, yang letak tempat usahanya berada dipinggir jalan, tidak jauh dari lampu merah dimana kawan-kawan buruh berkerumun.
“Mohon maaf Mas, boleh ndak saya ikut gabung. ikutan ngecrek?” kami terdiam sesaat mendengar pertanyaan dari seseorang yang belum kami kenal sebelumnya. Tanpa komando, tanpa diminta, tanpa diperintah, laki-laki yang berasal dari dari Jawa Tengah tersebut pun langsung memegang bentangan spanduk yang dibawa oleh kawan-kawan buruh FSPMI Bogor. Bahkan, laki-laki yang mengaku bernama Riyadi tersebut, turut serta “ngecrek” bersama kawan-kawan buruh yang lainnya.
Dengan cekatan, bapak dari 2 orang anak itu pun membantu kawan-kawan buruh yang menggalang dana kemanusiaan.
Sengatan sinar mentari pagi yang hangat, mengiringi perbincangan antara awak Media Perdjoeangan Bogor dengan Riyadi. Sambil memegang spanduk beliau bercerita, dimulai dari obrolan yang ringan hingga berkisah tentang bencana alam yang juga pernah beliau alami sebelumnya. Ternyata, dirinya dan keluarganya juga pernah mengalami kejadian bencana alam seperti yang telah terjadi seperti saudara-saudara kita di Palu, Donggala dan wilayah sekitarnya. Bahkan, Riyadi masih menyimpan pilu dilubuk hatinya, dapat merasakan apa yang sedang dirasakan oleh para korban bencana alam.
“Kalau ada kejadian bencana alam kayak gempa kemarin, aku langsung teringat tahun 2006 yang lalu Mas” kenang Riyadi kepada awak Media Perdjoeangan Bogor. “Hampir seluruh keluarga saya, merasakan dampak bencana alam gempa bumi waktu itu. Bahkan ibu saya, ada beberapa keponakan yang menjadi korban gempa di Jogja dan Klaten waktu 2006 yang lalu” lanjut Riyadi.
“Nama saya Riyadi, asli dari Cawas, Klaten. Hati saya terketuk ketika terjadi bencana alam. Tapi sering bingung sendiri, bagaimana untuk mengadakan kegiatan seperti ini” tutur Riyadi mencoba menjelaskan kepada awak Media Perdjoeangan Bogor kenapa dirinya mau turut serta membantu kegiatan sosial kemasyarakatan dari kawan-kawan buruh FSPMI Bogor.
‘Saya pribadi sangat mendukung kegiatan-kegiatan seperti ini. Malah saya tidak menyangka, kalau rekan-rekan yang sering saya lihat demo di jalanan Bogor, ternyata sering juga menjalankan kegiatan kemanusiaan seperti ini.” sambil tersenyum Riyadi mengungkapkan pendapatnya sebagai warga masyarakat Bogor, menyikapi aktivitas demo yang sering dilakukan oleh kawan-kawan buruh Bogor.
Riyadi juga menyampaikan pesan kepada kawan-kawan buruh, “Sebagai warga masyarakat dan kebetulan juga saya pernah mengalami kejadian bencana alam seperti yang dialami masyarakat Lombok, Palu, Donggala dan daerah lainnya, saya sangat prihatin sudah pasti Mas. Tapi sayangnya, masih banyak orang-orang yang mengambil kesempatan dalam kesempitan, untuk melakukan kejahatan. Itu yang membuat saya sedih Mas. Jaddi saya mohon kepada kawan-kawan buruh yang menggalang dana kemanusiaan ini bisa amanah, dan menyalurkannya kepada yang berhak” ungkap Riyadi menutup perbincangan.
Tidak banyak yang bisa kita jumpai di masyarakat, orang-orang seperti Riyadi ini. Rasa kepedulian dan keprihatinannya kepada para korban bencana alam tidak hanya sebatas ucapan, namun diungkapkan dan dibuktikan dengan tindakan yang nyata.