Pelalawan, KPonline-Ali adalah seorang pekerja di sebuah pabrik kertas tekstil ternama di Indonesia yang terletak di sebuah kota kecil, sejak pertama kali bekerja ia selalu merasa bahwa ada yang tidak adil dalam pekerjaannya. Gaji yang diterimanya seringkali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, jam kerja yang panjang dan juga melelahkan, ketika ia mencoba berbicara kepada management, suaranya terdengar bak angin berlalu. Namun, ia tidak tahu harus bagaimana. Baginya bekerja adalah satu-satunya cara untuk bertahan hidup.
Suatu hari, Ali bertemu dengan seorang rekan kerja bernama Hasan, yang tampak berbeda, Hasan sering berbicara dengan percaya diri tentang hak-hak pekerja.
Ali pun memberanikan diri bertanya kepada Hasan bagaimana dia bisa seperti itu, Hasan menjelaskan bahwa dirinya bergabunh dengan salah satu serikat pekerja ternama yaitu FEDERASI SERIKAT PEKERJA METAL INDONESIA (FSPMI),
Hasan menjelaskan kepada Ali tentang pentingnya berserikat dan pemahaman dalam berserikat, dikarenakan serikat pekerja adalah sebuah wadah bagi pekerja untuk bersatu dan memperjuangkan hak mereka.
“Ali, kita ini lebih dari sekedar roda kecil dalam mesin besar, kita punya hak yang harus dihormati,” ujar Hasan kepada Ali
Awalnya, Ali ragu!
Dia takut bergabung dengan serikat pekerja akan membuatnya dipecat, namun Hasan membantunya memahami bahwa serikat pekerja dilindungi oleh undang-undang. Serikat Pekerja adalah cerminan solidaritas buruh, tempat dimana buruh bersatu menyuarakan keadilan untuk kesejahteraan pekerja. Akhirnya, setelah mendengar penjelasan dari Hasan, Ali memutuskan untuk bergabung, meskipun hatinya masih diliputi rasa was-was.
Sejak bergabung dengan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), pandangan Ali terhadap dirinya dan pekerjaannya mulai berubah. Ia selalu ikut serta dalam rapat-rapat rutin dan konsolidasi organisasi, mendengarkan bagaimana perjuangan buruh lainnya, dan mulai menyuarakan pendapatnya. Ia merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar. Berserikat membuat Ali merasa dihargai dan menyadari bahwa ia bukan hanya alat produksi, tetapi manusia yang layak mendapatkan kesejahteraan dan martabat di tempat kerja.
Ketika pabrik memutuskan untuk menunda pembayaran gaji selama sebulan, serikat pekerja langsung bertindak, sengan kekuatan kolektif, mereka mengajukan protes resmi kepada Perusahaan. Ali yang biasanya hanya diam di sudut dan mengikuti aturan semena-mena dari Perusahaan, kini Ali berani berdiri di barisan depan. Ia merasa bahwa dirinya adalah cerminan dari perjuangan buruh, ia menjadi berani, percaya diri, dan pantang menyerah.
Setelah melalui mediasi, perusahaan akhirnya membayar gaji buruh tepat waktu dan meningkatkan transparansi dalam pengelolaan upah.
Bagi Ali, ini bukan hanya kemenangan kecil, ini adalah bukti nyata bahwa berserikat membawa perubahan, ia juga merasa telah berubah, dari seseorang yang takut bersuara menjadi bagian dari kelompok yang memperjuangkan keadilan.
Ali kini sering memberikan pemahaman kepada rekan-rekannya yang masih ragu bergabung dengan serikat,
“Berserikat bukan hanya tentang menuntut hak, tetapi juga tentang menghargai diri sendiri. Kita bukan sekadar buruh, kita adalah manusia yang layak diperlakukan adil, jangan takut bersuara, karena hanya dengan bersama dan bersatu kita bisa kuat”, ujar Ali.
Penulis: Heri
Foto: Ilustrasi Google