Bogor, KPonline – Rumor beredar dengan cepat, terlebih lagi ditambah dengan perkembangan teknologi, dimana perkembangan internet seakan menjadi pintu penghubung antara dunia nyata dengan dunia maya. Dan sepertinya, sudah tidak ada lagi batas antara dunia nyata dengan dunia maya.
Dan saat ini, yang sedang hits dan populer di dunia maya adalah tentang rekonsiliasi antara kubu Cebong dengan kubu Kampret. Dan betapa cepat menjalarnya informasi tersebut menyebar ke seantero negeri, bahkan mungkin ke seluruh dunia. Dan dengan gagahnya, media-media arus utama menggiring opini publik, bahwa kubu Cebong dan kubu Kampret sudah ishlah, sudah berjabat tangan, bahkan bergandengan tangan. Berpelukan sih belum, mungkin dibalik layar atau ketika kamera tidak ada. Siapa yang tahu bukan?
Kubu Cebong dan kubu Kampret, sepertinya tidak akan pernah berdamai dengan situasi dan kondisi perpolitikan dinegeri ini. Hal ini bisa kita buktikan, bahwa masih banyak gerombolan-gerombolan penulis status, baik itu di Facebook, Twitter, Instagram dan media-media sosial lainnya, yang hingga saat ini masih menggunakan istilah Bong dan Pret itu tadi. Bagaimana jika kita perhalus saja baik dari segi penulisan maupun pengucapannya? Bong kita ganti dengan Bongki, dan Pret kita ubah dengan sebutan Preti.
Jika benar Bongki dan Preti sudah move on dari perselisihan terhebat sepanjang abad 21 ini, seharusnya dari kedua belah pihak bisa melakukan acara gathering bersama? Misalnya, Gathering Akbar 01-02 di Tangkuban Perahu, atau sekedar kongkow bareng disalah satu cafe ternama di Jakarta gitu? Tapi kan ini nggak mereka lakukan sama sekali. Malah perseteruan mereka, mereka lanjutkan di DKI Jakarta. Anggap saja, obyek selanjutnya adalah, apakah Anies Baswedan masih didukung para Preti, atau mungkin saat ini Anies Baswedan sedang terombang-ambing oleh puja-puji dari Surya Paloh, salah satu pentolan para Bongki?
Anies bisa saja menjadi salah satu kandidat calon presiden 2024-2029, atau kembali memimpin DKI Jakarta di periode berikutnya. Akan tetapi, karena politik di negeri ini adalah politik keberpihakan, maka jangan salahkan para Bongki, jika mereka dengan segala kekuatan yang membaja sekuat karet nasi bungkus, akan terus mengorek, mencari celah kesalahan dan mengais rezeki dengan menjadi buzzer-buzzer lawan politik Anies.
Dan, jangan menyalahkan para Preti yang hingga saat ini masih terus bergerilya didunia maya, membela Anies dengan postingan-postingan keberpihakan mereka terhadap Gubernur Indonesia tersebut. Ehh, maaf, maksud saya, Gubernur DKI Jakarta. Bahkan tidak sedikit para Preti yang berkomentar pedas di postingan-postingan para Bongki yang menyerang kinerja Anies sebagai Gubernur Indonesia. Isshh, kenapa typo terus ini. Maksud saya, Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta.
Pada akhirnya, bisa saja Anies merapat ke kubu para Bongki, jika Om Surya dengan bewoknya yang menawan hati mampu meluluhkan hati Anies. Dan hal tersebut bisa membuat jengkel para Preti yang selama ini membela, menyanjung dan meng-gue-gue-kan Anies. Politic is not like you were thinking Brother. When friend could be enemy or when your enemy could be friend, that is politic. Do you what I mean? Ahh, kalian kan taunya cuma, plis kom tu mai kantri tu inpes!
So, apakah Anies akan memilih tetap bersama para Preti yang militansinya priceless, berani nggak dibayar jadi buzzer dan menjunjung tinggi profesionalitas dan kesantunan? Ataukah Anies akan segera menerima pinangan dari Kaum Para Bongki yang menjanjikan kedudukan dan kekuasaan? Karena sudah menjadi konsumsi umum, langsung, bebas dan rahasia tentunya, kalau kubu para Bongki adalah pemenang pilpres versi KPU. Dan sudah barang tentu, para Bongki adalah pemilik kekuasaan sementara hingga 2024 (berdasarkan versi KPU juga tentunya).
Saya hanya berharap, Anies masih bersiap-sedia untuk menjadi Gubernur Indonesia di 2024 nanti. Isshh, maksud saya, Presiden Republik Indonesia di 2024, dengan versi rakyat tentunya. Salam. (RDW)