Anto Bangun KC FSPMI Labuhan batu : Momentum May Day Penyatuan Kekuatan Kaum Buruh

Anto Bangun KC FSPMI Labuhan batu : Momentum May Day Penyatuan Kekuatan Kaum Buruh

Medan,KPonline, – Setiap 1 Mei, jutaan buruh di seluruh dunia memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day. Bukan sekadar seremoni tahunan, May Day adalah momentum historis yang merefleksikan perjuangan panjang kelas pekerja dalam menuntut keadilan, kesejahteraan, serta pengakuan atas hak-hak dasar kaum buruh.

Bagi buruh Indonesia, May Day bukan hanya tentang turun ke jalan, membawa spanduk, dan berorasi. Lebih dari itu, ini adalah waktu untuk menyatukan suara, mengonsolidasikan kekuatan, serta menegaskan kembali berbagai tuntutan yang hingga kini masih diabaikan oleh pemerintah dan pengusaha. Tuntutan itu meliputi pembayaran upah sesuai dengan upah minimum, sebab masih terlalu banyak pengusaha yang membayar upah buruh dibawah upah minimum, penghapusan sistim outsourcing, jaminan sosial merata, kepastian kerja, penegakan hukum ketenagakerjaan yang berkeadilan, hingga perlindungan terhadap kebebasan berserikat.

Bacaan Lainnya

May Day adalah cermin kekuatan kolektif. Ketika buruh bersatu, daya tekan terhadap kebijakan yang tidak adil menjadi nyata. May Day bukan semata mengenang perjuangan delapan jam kerja, melainkan juga menjawab tantangan zaman: dari sistem kerja fleksibel yang makin eksploitatif, digitalisasi yang menggusur pekerja tanpa solusi, hingga kebijakan ekonomi yang sering kali abai terhadap nasib buruh.

Momentum ini harus dimaknai sebagai titik balik kesadaran dan perlawanan. Buruh bukan objek pembangunan, bukan sekadar mesin produksi yang mencetak keuntungan bagi pengusaha. Buruh adalah subjek penting yang menggerakkan roda ekonomi dan pembangunan nasional. May Day adalah panggung untuk menunjukkan kepada penguasa dan pengusaha bahwa suara buruh masih kuat, masih relevan, dan tidak bisa diabaikan begitu saja.

Namun sangat disayangkan, kenyataannya masih banyak buruh yang belum memahami pentingnya persatuan. Terutama mereka yang menempati posisi strategis di perusahaan yang kerap disebut sebagai white collar workers atau buruh kerah putih, mereka yang bekerja dikantor dibidang administrasi, perusahaan perbankkan, jasa keuangan, perhotelan, dan perusahaan lainnya, kelompok buruh ini sering memandang sebelah mata buruh blue collar, yakni mereka yang bekerja di lapangan, menjalankan pekerjaan kasar seperti bidang produksi, konstruksi, transportasi dan operasional lainnya.

Padahal, buruh kerah putih dan kerah biru adalah satu kesatuan, dimanan keduanya sama-sama tunduk pada hukum ketenagakerjaan, sama-sama rentan terhadap eksploitasi, dan memiliki kepentingan yang sama dalam memperjuangkan hak dan kesejahteraan.

May Day harus menjadi pengingat bahwa kekuatan sejati buruh ada dalam persatuannya, tanpa sekat kelas di tubuh buruh, perjuangan akan lebih solid, lebih lantang, dan lebih berdampak.

May Day juga harus menjadi peringatan keras bagi penguasa dan pengusaha: kekuatan buruh mampu menghentikan roda ekonomi sebuah negara, bahkan lebih ekstrem mampu mengguncang hingga meruntuhkan sebuah rezim yang berkuasa.

Kini saatnya buruh bersatu dan terlibat aktif menentukan arah kebijakan negara. Karena masa depan bangsa tak akan pernah bisa dilepaskan dari peran dan suara kaum buruh. (MP)

Pos terkait