Medan,KPonline, – Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sering menjadi momok yang menakutkan bagi banyak buruh. PHK kerap kali dianggap sebagai akhir dari segalanya, seperti dunia runtuh, harapan pupus, dan pintu rezeki tertutup. Ketakutan ini bahkan membuat sebagian buruh memilih diam dan pasrah menghadapi tindakan sewenang-wenang pengusaha. Mereka rela dieksploitasi dan diperbudak, seakan-akan pengusaha adalah sumber utama rezeki dan kehidupan mereka.
Padahal, bagi buruh yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, rezeki adalah rahasia Tuhan. Rezeki sudah dijamin secara adil bagi setiap makhluk hidup dan tidak akan pernah tertukar.
Apakah PHK Benar-Benar Kiamat?
Faktanya, PHK bukanlah akhir dari segalanya. PHK adalah salah satu ujian hidup yang bisa dihadapi dengan sikap yang tepat. Jika kita mau melihat dari sudut pandang yang lebih luas, PHK sering kali membuka pintu-pintu baru yang sebelumnya tak terlihat.
Dalam dunia kerja, bahkan buruh yang bekerja dengan baik sekalipun tidak selalu bebas dari ancaman PHK. Hal ini karena pengusaha memiliki hak untuk melakukan PHK kapan saja, bahkan tanpa kesalahan yang dilakukan oleh buruh. Meski terasa tidak adil, hakikat undang-undang ketenagakerjaan adalah suka atau tidak suka, dan PHK tanpa kesalahan bukan perbutana tindak pidana kejahatan, dan PHK tergantung kepada selera pengusaha.
Rezeki bukanlah monopoli perusahaan tempat kita bekerja. Rezeki adalah urusan dan rahasia Tuhan. Sebagaimana firman-Nya:
“Dan tidak ada suatu makhluk pun di bumi melainkan Tuhan-lah yang memberi rezekinya.”
PHK hanya memutus satu saluran rezeki. Namun, Tuhan memiliki cara tak terbatas untuk membuka saluran baru. Bahkan semut yang kecil saja dijamin rezekinya oleh Tuhan, apalagi manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya yang paling sempurna.
Kenapa Harus Takut Melawan Pengusaha yang Dzalim?
Jika benar-benar percaya bahwa rezeki adalah urusan Tuhan, mengapa harus takut melawan pengusaha yang dzalim? Mengapa rela diperlakukan sewenang-wenang, dieksploitasi, bahkan diperlakukan layaknya budak? Lebih ironis lagi, demi memenuhi ambisi pengusaha untuk mendapatkan keuntungaj yang sebesar-besarnya ada buruh yang rela bekerja membawa pembantu anak dan istrinya atau orang lain dengan biaya sendiri, ada yang rela bekerja dengan menerima upah di bawah upah minnimum, dan tetap memilih diam tanpa perlawanan.
Pertanyaannya, apakah kamu percaya kepada Tuhan atau kepada tuan?
Jawabnya ada pada hati nuranimu sesuai dengan iman dan taqwamu kepada Tuhan Pencipta Alam Semesta.
Perubahan tidak akan terjadi jika kita hanya pasrah. Saatnya buruh bersatu dan memutus mata rantai kedzoliman yang dilakukan oleh pengusaha dengan dukungan penguasa. Jangan takut untuk melawan, karena keadilan tidak akan datang tanpa perjuangan.
Lawan…!