Apa Kabar Rumah Rakyat Indonesia?

Apa Kabar Rumah Rakyat Indonesia?
Jpeg

Banyak orang bertanya. Bagaimana kelanjutan Rumah Rakyat Indonesia, setelah deklarasi yang dilakukan pada May Day 2016 lalu? Bahkan ada yang dengan nada sinis, “Kok omah-omahan itu nggak kedengeran kabarnya lagi ya?”

Jadi begini. Rumah Rakyat Indonesia, sebagai organisasi yang dibangun sebagai tempat untuk menghimpun kekuatan gerakan buruh, pemuda-mahasiswa, perempuan dan berbagai organisasi rakyat yang lain, hingga kini masih terus berbenah. Usianya memang baru tiga bulan. Tetapi cita-citanya melampaui usia yang masih seumur jagung itu.

Rumah Rakyat Indonesia didirikan sebagai upaya untuk membangun partai politik sebagai alat perjuangan bagi rakyat yang tertindas. Ini disampaikan secara tegas dan terbuka. Semacam kesadaran, ditangan orang-orang baik, politik bukanlah aib.

Dalam satu kesempatan, Sekretaris Jenderal Rumah Rakyat Indonesia Ilham Syah mengatakan, “Kebutuhan untuk membangun wadah persatuan multi sektor dan memajukannya untuk melahirkan kekuatan politik sudah menjadi kebutuhan mendesak. Hal ini, karena, cengkraman sistem kapitalisme semakin kuat disemua sendi-sendi kehidupan rakyat.”

“Upaya yang dilakukan berbagai kelompok gerakan untuk mempersatukan gerakan rakyat memang bukan hal yang baru. Berbagai bentuk persatuan baik dalam bentuk komite, front, aliansi dan sebagainya ditingkat daerah dan nasional sudah berulang kali dilakukan. Tapi hampir semuanya tidak sanggup untuk memikul tanggung jawab dan beban kerja sebagai wadah atau alat perjuangan rakyat. Sehingga umur persatuan dari front aliansi atau komite juga tidak bertahan lama,” ujarnya lebih lanjut.

Pertanyaannya kemudian, apakah RRI juga bernasib sama seperti persatuan-persatuan sebelumnya?

Kita lihat nanti. Pengalaman sudah memberikan banyak pelajaran kepada kita dan jangan pernah putus asa. Apalagi pasrah dan tak berbuat apa-apa.

Sejak dideklarasikan Rumah Rakyat Indonesia segera bekerja. Mulai dari workshop untuk menyusun platform organisasi yang ketika itu dilakukan di Cisarua – Bogor, hingga berbagai rapat yang dilakukan untuk mengukuhkan keberadaannya.

Rumah Rakyat Indonesia membentuk beberapa tim kecil untuk merumuskan berbagai hal. Ada Tim Sembilan (9), Tim Tiga Puluh (30), hingga Tim Sekretariat. Mereka bekerja untuk menyusun AD/ART, platform, dan teknis pembentukan partai politik. Setiap Senin dan Kamis, mereka yang ditunjuk sebagai Steering Committee secara rutin bertemu untuk mempersiapkan kongres Partai Rakyat yang direncanakan bulan Oktober 2016.

Momentum saat Rumah Rakyat Indonesia dideklarasikan. Gelora Bung Karno, 1 Mei 2016.
Momentum saat Rumah Rakyat Indonesia dideklarasikan. Gelora Bung Karno, 1 Mei 2016.

Rumah Rakyat Indonesia bergerak maju. Memang, tidak semua hal dipublikasikan secara luas. Bukan karena sifatnya yang rahasia, tetapi karena sedang menyelesaikan hal-hal teknis dalam rapat-rapat yang terbatas.

Bagaimana mekanisme pengambilan keputusan dalam internal Rumah Rakyat Indonesia? Apakah semua element yang tergabung didalamnya memiliki hak yang sama besarnya untuk menyampaikan pendapat? Dalam hal ini, menarik apa yang disampaikan Wakil Ketua Deputi I Rumah Rakyat Indonesia, Budi Wardoyo: “Ada organisasi, yang cara cara pengambilan keputusannya ditentukan sepenuhnya oleh Ketua Umum, atau oleh yang paling tinggi posisi jabatan organisasinya. Tapi, itu tidak terjadi di Rumah Rakyat Indonesia. Hal-hal strategis dan penting, harus didiskusikan oleh seluruh jajaran struktur dan diputuskan bersama-sama. Dengan demikian, keputusan yang diambil lebih kuat, dan mendapatkan dukungan penuh secara internal.”

Kemudian dia menegaskan, Rumah Rakyat Indonesia akan terus maju, bersama berbagai organisasi pergerakan lainnya untuk mendorong kongres pembangunan partai alternatif. Gagasan dan kerja-kerja untuk menyatukan energi perubahan, tentu tidak mudah, namun memang harus ada yang memulai dengan sekuat-kuatnya.

Apa kabar Rumah Rakyat Indonesia? Kabarnya baik. Dia selalu optimis. Seolah hendak mengajarkan kepada kita agar jangan pernah putus asa. Apalagi pasrah dan tak berbuat apa-apa. (*)