Surabaya, KPonline – Aksi penolakan terhadap RUU Omnibuslaw terus berlanjut, hari ini Jumat 14 Agustus 2020 di depan Gedung negara Grahadi Surabaya,tengah berlangsung aksi tersebut yang dilakukan oleh Aliansi Gerakan Tolak Omnibuslaw Jawa Timur (GETOL JATIM).
Aksi hari ini diikuti hanya ratusan massa aksi yang merupakan perwakilan dari masing masing organisasi namun meski demikian aura magis yang luar biasa dapat dirasakan dengan jelas ditambah dengan adanya seni Jaranan yang berada dipaling depan barisan membuat hal tersebut menjadi semakin kuat.
Alat peraga yang dominan berwarna merah hitam seperti melambangkan kemarahan yang memuncak kaum Buruh, mahasiswa dan aktivis lingkungan hidup terhadap adanya rencana Pemerintah dan DPR yang gencar ingin menetapkan RUU Omnibus law dalam waktu dekat.
Para orator mengecam para anggota Legislatif yang terus membahas RUU tersebut dimasa reses,menjelang Hari Kemerdekaan RI yang ke 75 tahun ini para Orator Getol juga mengingatkan bahwa yang memerdekakan Indonesia adalah Rakyat , Petani dan Buruh dan bukan mereka yang berdasi yang berebut “kursi” dan berseragam seperti yang saat ini lebih banyak menikmati kekayaan negara dibanding rakyatnya.
Aksi hari ini bertepatan dengan Pidato Presiden digedung DPR RI, YLBHI yang diwakili oleh Habibus Shalihin menilai bahwa dari “Apa yang disampaikan oleh orang nomor satu di Indonesia tersebut secara substansi sama sekali tidak menyinggung tentang Omnibuslaw yang dalam beberapa bulan ini sudah ditolak oleh rakyatnya,tidak ada kejelasan bahwa RUU ini akan dibatalkan atau diapakan, pemerintah dinilai mengabaikan tuntutan rakyat yang akan menilai bahwa akan membahayakan jika RUU Omnibuslaw ini benar benar ditetapkan”.
Omnibus law juga berdampak bagi dunia pendidikan terutama Perguruan tinggi dimana salah satu poin didalamnya adalah penghilangan Nirlaba,sehingga dengan aturan tersebut dikhawatirkan jika Perguruan tinggi tidak akan berfokus pada edukasi pada Mahasiswa hanya akan berfokus pada mencari uang,selain itu Omnibuslaw arena Omnibuslaw juga berdampak pada banyak sektor maka ini akan mempengaruhi pendapatan orang tua dan kemampuan finansial Mahasiswa untuk mendapatkan pendidikan di Perguruan Tinggi.
Aroma dupa yang menyebar di udara mengantarkan lantunan mantra jawa yang dipimpin oleh Orator dari Kasbi Jatim Syahril Romadhon sebagai penutup orasinya,dengan lantang dirinya menyebut bahwa lantunan mantra ini adalah “Sabdo” masyarakat Jawa bagi pejabat yang ngotot menetapkan Omnibuslaw agar mereka kuwalat atas keputusannya agar pejabat yang ngotot menetapkan Omnibuslaw Kuwalat terhadap masyarakat Jawa Timur.
Dengan mengajak massa aksi untuk mengikuti ucapannya Syahril pun memulai mantranya “Hong wilaheng ngingeno mestuti,Luputo sarik lawan sandi ,Luputo dendaning tawang towang,jagad dewa batharaHyang jagaf Pramudito buwono langgeng “,kita tunggu sabdo ini jika mereka masih ngeyel menetapkan Omnibuslaw ,Hidup Rakyat !!!, teriaknya menutup orasi.
Dari selentingan kabar yang terdengar saat aksi bahwa demonstrasi ini akan berlanjut 25 Agustus mendatang bersamaan dengan aksi Nasional KSPI sebagai wujud persatuan Rakyat yang di mulai di tanah Jawa Timur.