Cirebon, KPonline, – “Ini merupakan langkah organisasi yang kita lakukan, dan dua kali aksi solidaritas yang kita lakukan ini, menunjukkan solidaritas antar pabrik dan antar daerah masih ada.
Dan justru disaat-saat sulit seperti ini, aksi solidaritas antar pabrik, antar daerah, yang harus terus kita bangkitkan. Karena tidak menutup kemungkinan, apa yang saat ini menimpa buruh-buruh PUK SPAMK-FSPMI PT. Tata Karya Rubberindo, bisa juga terjadi di pabrik-pabrik yang lain,” tutur Heriyanto, menjawab pertanyaan Media Perdjoeangan terkait aksi solidaritas antar pabrik dan antar daerah, untuk mendukung perjuangan buruh-buruh PUK SPAMK-FSPMI PT. Tata Karya Rubberindo.
Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh Media Perdjoeangan di lapangan, aksi solidaritas jilid 2 untuk mendukung perjuangan buruh-buruh PUK SPAMK-FSPMI PT. Tata Karya Rubberindo, berdatangan dari berbagai pabrik yang ada di Cirebon. Bahkan, solidaritas juga diberikan oleh buruh-buruh dari luar daerah Cirebon seperti, Subang, Purwakarta, Karawang, Bekasi, Bogor, Tangerang, Jakarta, dan daerah-daerah lainnya.
Ketua Umum PP SPAMK-FSPMI Heriyanto pun mengingatkan kepada buruh-buruh yang saat ini masih bekerja dalam situasi dan kondisi pandemi Covid-19, yang menghantam dunia industri dan membuat perlambatan ekonomi dan cenderung mengarah ke stagnansi ekonomi.
“Bisa saja pabrik-pabrik tersebut atau perusahaan-perusahaan tersebut memang benar-benar merugi, atau bisa saja pabrik-pabrik atau perusahaan-perusahaan tersebut memanfaatkan situasi dan kondisi yang seperti sekarang ini. Dan khusus kasus yang sedang terjadi di PT. Tata Karya Rubberindo, mereka memang sedang merugi karena tidak adanya order yang masuk, dan itu pun hanya beberapa bulan ini. Kalau pun pihak perusahaan PT. Tata Karya Rubberindo ingin melakukan penutupan, seharusnya dibuktikan dengan kepailitan yang secara hukum dapat dibuktikan. Atau mampu menunjukkan kerugian perusahaan selama 2 tahun berturut-turut. Jadi, apa yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan PT. Tata Karya Rubberindo bukan merupakan penutupan pabrik, tapi lebih ke arah efisiensi. (RDW)