Serang, KPonline – Sudah biasa rasanya ada yang pro dan kontra dalam gerakan yang dilakukan buruh dalam melakukan aksi di daerah nya.
Cacian, cibiran dan komentar miring orang sudah tidak asing lagi di dengar. Ironisnya terkadang komentar-komentar seperti itu di lontarkan oleh seorang buruh juga yang masih menerima upah karena bekerja selama 8 jam dalam sehari di pabrik. Dalam artian mereka juga akan sama-sama merasakan hasil perjuangan yang melakukan aksi.
Terkadang mereka hanya bisa berkomentar seenak nya, tanpa disadari mereka pun merasakan hasil apa yang selama ini diperjuangkan oleh buruh yang demo.
Namun itu hak mereka, kita pun tak bisa melarang nya untuk berpendapat karena pada hakikat nya sudah biasa setiap orang memiliki pendapat atau pandangan yang berbeda dalam menanggapi suatu hal.
Untuk menepis kabar yang katanya aksi buruh itu hanya bisa bikin macet jalan.
Saya ingat sekali pada saat di jalan menuju kantor Bupati kemarin pada hari kamis (08/11/2018), saat jalanan memang dilumpuhkan oleh masa aksi yang cukup lumayan banyak sehingga menyebabkan kemacetan yang cukup panjang.
Pertanyaan iseng dari salah satu anggota garda metal yang pada saat itu bersama saya sedikit menyampaikan ucapan maaf kepada salah satu sopir truck yang pada saat itu tepat di sebelah motor nya,
“Maaf ya pak, jadi macet sedikit.”
Dan sang sopir pun dengan tersenyum menjawab, “Tidak apa-apa mas. Sudah biasa saya terjebak macet dan itu bukan karena buruh, melainkan kemacetan di jalan yang sudah biasa saya rasakan.”
“Sudah biasa setiap akhir tahun menjelang kenaikan upah buruh seperti ini karena saya juga sama-sama pekerja di pabrik. Ya mungkin ini juga bukan maunya buruh kalau sudah disejahterakan,” panjutnya.
“Mungkin ini juga salah satu cara mereka melawan kebijakan yang kadang memang tidak berpihak pada buruh dan rakyat kecil”.
Begitulah perkataan salah satu sopir truck yang saya dengar saat itu. (Ayu)