Buruh Bersama Deritanya

Oleh: Anto Bangun KC FSPMI Labuhanbatu

Pada hakekatnya, buruh adalah pahlawan tanpa tanda jasa dalam rantai dan roda ekonomi. Mereka adalah tangan-tangan yang bekerja keras menggerakkan produksi, barang, dan jasa, memastikan kebutuhan hidup masyarakat tersedia setiap hari.

Buruh bukanlah pengguna anggaran negara seperti aparatur sipil negara (ASN), pejabat, atau aparat penegak hukum (APH) yang hidupnya dijamin oleh negara melalui gaji dan tunjangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sebaliknya, buruh justru memiliki andil besar sebagai salah satu pemasok APBN dan APBD melalui berbagai pungutan pajak yang dibebankan negara.

Bagi buruh, kalender tidak mengenal tanggal muda maupun tanggal tua; sebagian dari mereka bekerja tanpa hari libur, dan setiap hari dalam kalender seolah-olah tidak ada tanggal merah. Meski peran mereka begitu vital, nasib buruh sering kali tak sebanding dengan keringat yang mereka keluarkan. “Buruh bersama deritanya” bukan sekadar slogan, tetapi gambaran nyata kehidupan sebagian besar kaum buruh di negeri ini.

Ketidakadilan masih menjadi bagian dari hidup kaum buruh. Upah yang tidak mencukupi untuk hidup layak, jam kerja panjang tanpa kompensasi lembur, beban kerja yang tinggi, serta kondisi kerja yang tidak manusiawi menjadi beban harian yang harus mereka tanggung. Sistem yang ada cenderung lebih menguntungkan pemilik modal, kaum kapitalis yang didukung oleh pemerintah, dibandingkan mereka yang benar-benar bekerja menghasilkan produksi, barang, dan jasa. Tak jarang buruh dihadapkan dengan kebijakan yang mengabaikan hak-hak dasar mereka demi kepentingan kapitalis dan rezim berkuasa.

Meskipun demikian, buruh dengan segala deritanya terus berjuang, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk keluarga dan masa depan yang lebih baik. Dalam setiap tetes keringat yang mengalir, tersimpan harapan agar kehidupan mereka bisa berubah. Buruh tidak menginginkan kemewahan; mereka hanya ingin diperlakukan adil sebagai manusia dan warga negara, dihargai atas kerja kerasnya, dan memiliki kesempatan untuk hidup layak.

Namun, harapan tak dapat berjalan sendiri. Buruh perlu bersatu, menyatukan suara mereka agar lebih kuat dalam menghadapi ketidakadilan. Kebersamaan adalah kekuatan yang mampu membawa perubahan. Dengan solidaritas yang tinggi, buruh bisa memperjuangkan hak-haknya dan menuntut pemerintah serta perusahaan untuk mengubah kebijakan yang merugikan.

Buruh bersama deritanya, namun mereka juga bersama kekuatan dan harapannya. Harapan ini suatu saat pasti akan menjadi kenyataan ketika seluruh kaum buruh di negeri ini bersatu membangun kekuatan dan melakukan aksi serentak, “Mogok Bersama.”

Ketika mesin-mesin produksi, barang, dan jasa berhenti, dan roda ekonomi tak lagi berputar, para kapitalis dan rezim yang berkuasa pasti akan meminta ampun.