Batam,KPOnline – Tanggal 9 Desember sudah di depan mata, pilkada serentak di seluruh penjuru Indonesia di gelar untuk memilih calon pemimpin-pemimpin daerah masa 5 tahun mendatang. Mengingat peran kepemimpinan daerah ini sangat penting dalam setiap kebijakan-kebijakan khususnya dalam masa depan nasib buruh, masyarakat dan buruh tidak boleh salah dalam memilih pemimpin daerah. Kesalahan menentukan pilihan selama satu menit dalam bilik surat akan turut menentukan nasib daerah dan buruh di daerah tersebut pada lima tahun mendatang.
Kejadian aksi unjuk rasa buruh di sejumlah daerah dengan sedikitnya respon dari pemimpin daerah dan mau menemui mereka, mendengar jeritan mereka, jangan sampai terulang kembali. Sikap pura-pura buta dan tuli sejumlah pemimpin daerah terhadap nasib buruh sudah harus di akhiri dengan cara memilih calon pemimpin yang benar- benar merakyat, dan peduli terhadap kepentingan masyarakat buruh.
Agar tidak salah dalam memilih, buruh harus cerdas dan tidak asal dalam memilih calan pemimpin. Calon kepada daerah haruslah yang terbaik di antara calon lainnya, pemimpin yang amanah, bertanggung jawab, dan berkomitmen terhadap agamanya dan perjuangan serta kesejahteraan buruh. Seorang calon pemimpin yang baik biasanya tahu persis permasalahan di daerah yang akan dipimpinnya sehingga menawarkan program yang realistis dan masuk akal.
Masyarakat juga harus tahu apakah dia termasuk orang yang mau berkorban, mendahulukan kepentingan rakyat yang dipimpinannya, mau melaksanakan dengan sekuat tenaga dan pikirannya dengan keikhlasan, tanpa pamrih, berbuat untuk kebaikan masyarakat banyak.
Dia juga banyak mendengarkan keluhan dari rakyat, sering menemui rakyatnya dan bukannya bicara sendiri apalagi bersembunyi ketika masyarakat (buruh) ingin menemuinya. Memilih ongkang kaki di ruangan ber AC sementara rakyat (buruh) menunggu keputusannya di depan kantor dengan kepanasan dan kehujanan. Apakah pemimpin seperti ini yang tidak ber empati layak untuk tetap di pilih?
Selain itu masyarakat juga harus tahu apa visi dan misi calon tersebut. Dengan begitu, kita tahu apakah dia benar-benar mampu membawa masyarakat dan daerah ke arah lebih baik atau malah sebaliknya, berusaha mengeruk kekayaan daerah, menginjak-nginjak buruh demi kerakusan pribadi dan birokrasinya.
Dan meskipun golput tidak di larang tetapi menggunakan hak pilih adalah tetap menjadi pilihan yang bijak, karena satu suara dari kita akan berguna bagi calon yang baik. Banyak kasus di beberapa daerah di mana selisih suaranya hanya sedikit sekali. Apalagi dalam Pemilukada 2015 ini pemenangnya ditentukan langsung oleh calon yang mendapatkan suara terbanyak (berbeda dengan aturan sebelumnya dimana pemenang adalah yang mendapatkan suara 50 persen plus satu, jika belum maka akan ada putaran kedua). Buktikan bahwa buruh adalah warga negara yang baik dengan ikut berpatisipasi dalam pesta rakyat ini.Selamat memilih (S.Ete)