Buruh Go Politik: Sebagai Alat Perjuangan

Buruh Go Politik: Sebagai Alat Perjuangan
SEPULTURA: Sebuah Cita-Cita Perjuangan

Bekasi, KPonline – Politik adalah alat perjuangan. Sebagaimana alat perjuangan yang telah dipergunakan selama ini oleh organisasi FSPMI, dalam rangka mewujudkan harapan dan keinginan kita semua dalam menjalankan organisasi.

Ia juga menjadi alat untuk mensejahterakan anggota dan keluarganya serta melakukan pembelaan terhadap anggota dan keluarganya, yakni dengan adanya alat perjuangan yang bernama konsep, loby dan aksi.

Buruh go politik adalah bagaimana cara organisasi FSPMI mempergunakan alat perjuangannya yang bernama politik, agar dapat menempatkan kader – kader terbaiknya duduk di panggung perpolitikan di negara ini. Baik sebagai pelaku dan pelaksana didalam elit perpolitikan, mulai dari Legislatif, Yudikatif maupun Eksekutif, atau bahkan duduk di jabatan – jabatan strategis lainnya.

Sehingga dapat membantu mempermudah perjuangan – perjuangan organisasi FSPMI.

Selain itu, buruh go politik juga dapat dimaknai dengan adanya pemberian dukungan serta usaha untuk memenangkan kader – kader partai politik tertentu yang telah memiliki niatan baik serta arah perjuangan yang sejalan dengan arah dan tujuan organisasi FSPMI itu sendiri.

Hal tersebut biasanya dituangkan dalam kontrak politik yang menjadi dasar dan pegangan organisasi untuk menagih janji terhadap partai politik tertentu yang telah dibantu dalam proses pemenangannya.

Namun seiring berjalannya waktu, pemahaman tentang buruh go politik yang awalnya hanya sebagai alat perjuangan, menjadi sebuah pemahaman yang terlalu jauh, sehingga susah untuk dipahami dan dimengerti oleh sebagian besar anggota FSPMI.

Hingga akhirnya tujuan awal dibuatnya alat perjuangan berupa politik menyimpang dari apa yang diharapkan.

Berdasarkan pengalaman yang ada, seorang kader organisasi FSPMI yang telah susah payah diperjuangkan dan dimenangkan dalam proses pemilihan umum, menjadi lupa akan jati diri dan asal muasal dari kader itu sendiri.

Bisa jadi merek terjerat dengan aturan partai politik yang diikutinya. Sehingga terjebak dan menimbulkan polemik yang susah untuk diselesaikan.

Hingga akhirnya melawan apa yang telah menjadi instruksi organisasi dalam mempergunakan alat perjuangannya yang bernama politik.

Kondisi demikian turut serta diikuti oleh mereka – mereka yang secara kasat mata telah menjadi buta, buta pemahaman, buta pemikiran dan buta dengan kondisi yang ada.

Seperti yang tertuang dalam puisi dibawah ini.

Melawan Taklid Buta

Ketika organisasi sudah menginstruksikan kepada para anggotanya
Ketika hak demokrasi sebebas-bebasnya berbicara
Ketika kita merasa hebat memperjuangkan pilihan kita sampai titik darah penghabisan
Dan ketika kita tidak sadar bahwa kita hanya manusia bodoh yang merugi

Sadarlah bahwa kita masih bisa tidur nyenyak tidak ada yang mengganggu sedikitpun
Tetapi organisasi ini masih terjaga memikirkan kesejahteraan kalian yang dirampas oleh penguasa dengan resiko darah dan air mata

Sadarlah bahwa kita hanya bisa berkeluh kesah mengkritisi tanpa solusi dan perbuatan
Tetapi organisasi mengorbankan tenaga dan pikiran tanpa pamrih
Dan ketika perjuangan berhasil, organisasi tidak mengharapkan permintaan terima kasih karena ikhlas memperjuangkannya

Sadarlah bahwa kita hanya manusia biasa
Tetapi kekuatan fanatik ini melebihi segalanya
Sadarlah bahwa hati nurani tidak bisa dibohongi
Tetapi kekuatan fanatik ini menutup hati nurani

Kami percaya bahwa keputusan ini adalah hak masing-masing anggota
Kami percaya bahwa negara ini memberikan hak demokrasi seluas-luasnya
Kami percaya bahwa pola pikir kita berbeda
Kami percaya bahwa taklid buta adalah sumber masalahnya

Sadarkah bahwa itu adalah upaya media untuk menggiring opini?
Sadarkah bahwa strategi ini adalah usaha dari bangsa asing yang ingin selalu menjajah negeri ini
Sadarkah bahwa kita bicara negara bukan bicara kota
Sadarkah bahwa kita bicara kejujuran bukan bicara pencitraan
Sadarkah bahwa kita bicara negara spiritual bukan bicara negara sekuler
Sadarkah bahwa kita bicara kesejahteraan buruh bukan bicara kekayaan pengusaha
Sadarkah bahwa kita bicara kontrak politik bukan bicara janji diangan-angan

Lawanlah kawan..
Lawan dengan pikiran yang jernih
Lawan dengan kritis dan diskusi
Lawan dengan lapang dada

Sukseskan pesta demokrasi tanpa pikiran negatif

Walaupun kita berbeda tapi kita tetap satu
Walaupun kita tidak sedarah kita akan selalu bersaudara

Salam solidaritas tanpa batas…

Ini bukan soal berbagi kursi
Ini bukan soal berbagi posisi
Tapi inilah perjuangan sejati

Dari keringat kepanasan disepanjang jalan, saat aksi demi keadilan
Dari keriput kulit basah kuyup kehujanan, demi sebuah kesejahteraan
Akankah kita abadi hanya jadi orang jalanan, yang menuntut keadilan dan kesejahteraan bak budak belian

Tidak kawan…
Tidak teman…

Kita harus beranjak
Kita harus menapak
Kita harus menatap

Bahwa disanalah kebijakan politik kita dibahas
Bahwa disanalah kata keadilan diombang ambingkan
Bahwa disana kata sejahtera dipandang sebelah mata

Mari kita rebut itu semua kawan
Mari kita gapai singgasananya

Ya…

Singgasana parlemen
Singgasana legislatif
Singgasana kepemerintahan

Singgasana yang selama ini membisu, tuli dan buta akan keadaan rakyatnya
Singgasana yang membisu, tuli dan buta akan fasilitas publiknya
Singgasana yang telah mengenyampingkan rakyat kecilnya

Kita sudah sama – sama kenal sepak terjang kader – kader terbaik organisasi
Murni lahir dari perjuangan rakyat
Perjuangan buruh – buruh yang terpinggirkan dan terkesampingkan

Mereka senantiasa membuka mata
Mereka menatap awas untuk berjuang keras Mereka senantiasa melebarkan telinga mendengar dengan seksama derita dari kaumnya
Mereka senantiasa berkata bijak membangkitkan semangat saat kita terpuruk dalam keputus asaan

* * *

Langkah terbaik dalam mempergunakan alat perjuangan bernama politik adalah bagaimana caranya agar instruksi organisasi yang dibuat berdasarkan rekomendasi organisasi dapat dijalankan sepenuhnya oleh semua pihak. Baik oleh perangkat bersama – sama dengan anggotanya, sebagaimana dalam menjalankan instruksi organisasi kala mempergunakan alat perjuangan sebelumnya, yakni Konsep, Loby dan Aksi.

Sehingga apa yang menjadi harapan dan keinginan organisasi dapat terwujud dengan baik, tanpa ada halangan dan rintangan dari kalangan sendiri.

Oleh : Ampi Fatkhudin, FSPMI Bekasi.