Jakarta,KPONline- Peringatan Hari Buruh Internasional Atau May Day baru saja berlalu, sekitar 2 juta buruh melakukan aksi turun kejalan di berbagai kota di Indonesia seperi Aceh, Medan, Semarang, Surabaya, Batam, Bandung dan Jakarta. Di Jakarta sendiri sekitar 150.000 buruh tumpah di jalan-jalan ibukota menyuarakan aspirasi mereka.
Persoalan kesejahteraan berupa kenaikan upah masih menjadi isu utama kaum buruh,selain isu jaminan kesehatan, jaminan pensiun, ancaman PHK dan K3. Menariknya kini buruh juga mulai berani menyuarakn isu-isu publik berupa Tolak RUU Tax Amnesty, Penolakan terhadap kebijakan pencabutan subsidi BBM & Listrik , hingga Penolakan tehadap penggusuran, reklamasi yang tidak sesuai amdal temasuk ketimpangan ekonomi yang kian mengkhawatirkan.
Terkait masalah ketimpangan ekonomi, hal itu perlu menjadi catatan dan perhatian khusus pemerintah karena
menurut informasi yang kami kutip dari Kompas, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis indeks koefisien gini Indonesia berada di posisi 0,40 pada September 2015. Meskipun turun 0,01 dibandingkan Maret 2015, angka ini masih mengkhawatirkan. Sebagai gambaran, koefieisn gini Indonesia tahun 2000 ada di posisi 0,30. Data ini secara sederhana dapat diartikan begini: sekitar 1 persen orang Indonesia menguasai 40 persen kekayaan nasional pada 2015. Kondisi ini meningkat tajam karena tahun 2000, sekitar 1 persen orang Indonesia itu hanya menguasai 30 persen kekayaan nasional.
Kondisi ketimpangan seperti ini menjadi sinyal negatif bahwa ada yang salah dalam proses distribusi kesejahteraan di Indonesia. Tanpa peran aktif negara untuk meredistribusi kekayaan dari tangan 1 persen orang Indonesia itu kepada 99 persen orang Indonesia lainnya, ketimpangan ekonomi akan menjadi seperti api di dalam sekam yang hanya menunggu waktu untuk terbakar.