Jakarta,KPonline – Sering kita dengar dan kita utarakan dalam konsolidasi maupun rapat-rapat ataupun aksi-aksi, kata-kata ini selalu kita kemukakan dengan berapi-api dan menggebu-gebu semacam ada harapan yang begitu besar terhadap kaum buruh untuk bisa berkontribusi bagi bangsa dan negara.
Kini kita sampai pada gelanggang perhelatan yang cukup besar berkesempatan menghantarkan kader-kader terbaik buruh untuk maju dalam kontestasi politik dalam pileg 2019 seiring dengan mimpi, harapan dan cita-cita mulia kaum buruh demi mewujudkan rasa keadilan dan keberpihakan bagi kaum buruh dan rakyat indonesia.
Majunya buruh tentu bukan tanpa sebab dan alasan, pada saat ini sebagaimana yang begitu jelas kita rasakan beban hidup yang begitu tinggi serta tidak adanya keberpihakan bagi kaum buruh terkait dengan masalah ketenagakerjaan seperti permasalahan upah, K3,kepastian masa depan atau yang sering kita sebut dengan upah layak,kerja layak dan hidup layak, kita sadar bahwa seluruh kebijakan yang bersentuhan dengan buruh adalah prodak politik karena memang dibahas dan dikeluarkan oleh para pemangku kebijakan dan institusi wakil rakyat (DPR RI) dan kita pun memahami bahwasanya tidak akan mudah berjuang dalam parlemen karena memang sejak lama mereka para pengusaha menempatkan kepentinganya melalui wakil rakyat (DPR) yang mereka usung.
Jadi sebenarnya ketika pemerintah dan pengusaha seperti melarang buruh terjun ke dunia politik dengan kata-kata “ngapain buruh berpolitik” adalah kekhawatiran dan kegelisahan mereka jika buruh sudah mulai sadar untuk berpolitik
Kini mantapkan niat kita, bulatkan tekad kita, sadarkan seluruh kawan-kawan kita bahwa sudah terlalu lama kita di racuni dengan kebodohan politik, saatnya bangkit,saatnya berdiri tegak,untuk berjuang habis-habisan memenangkan kader-kader buruh dalam kontestasi pileg 2019.
Seluruh cara sudah kita tempuh melalui konsep-loby-aksi, bahkan kita tidak mampu lagi menghitung berapa banyak aksi-aksi yang telah kita lakukan namun tetap saja kekuatan pemodal telah mencengkram seluruh pemangku kebijakan di negeri ini sehingga tidak berani berpihak kepada kebenaran dan keadilan
(Mubarok)