Mungkin semboyan “Buruh Go Politik” masih terdengar asing di telinga sebagian masyarakat Indonesia, tetapi jika kita bicara di Swedia ternyata semboyan itu sudah menjadi hal yang lumrah. Kira-kira seperti apa kiprah buruh dalam percaturan politik di Swedia? Berikut wawancara lengkap dengan Erik Andersson, Sekretaris Jenderal IF Metall (Serikat Pekerja Metal di Swedia) dengan wartawan KP, Sayed Masykur (28/3).
Menjelang pemilihan legislatif di Indonesia tahun 2014 ini semakin nyaring terdengar suara-suara yang meminta buruh Indonesia untuk aktif berpolitik, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya terlihat buruh di Indonesia masih enggan untuk terlibat langsung dalam politik. Bagaimana dengan buruh di Swedia?
Kaum buruh di Swedia sudah sejak lama aktif berpolitik dan hal ini dibuktikan dengan semakin banyak wakil-wakil buruh yang duduk di parlemen Swedia. Bahkan Partai Sosial-Demokratik Swedia basis masa terbesarnya adalah serikat buruh. Bisa dikatakan Partai Sosial-Demokratik adalah Partainya kaum buruh di Swedia.
Tantangan terbesar dari “Buruh Go Politik” di Indonesia adalah bagaimana meyakinkan kaum buruh tentang pentingnya buruh berpolitik, apakah di Swedia mengalami pengalaman yang sama saat pertama sekali mendengungkan buruh berpolitik?
Menurut saya di hampir seluruh Negara di dunia termasuk Swedia dan Indonesia pasti mengalami hal yang sama, yakni sulitnya meyakinkan kaum buruh akan pentingnya buruh berpolitik. Makanya para elit gerakan buruh di Swedia secara terus-menerus dan tak kenal lelah berusaha meyakinkan anggotanya untuk aktif berpolitik, melalui pendidikan-pendidikan politik, konsolidasi, sosialisasi, spanduk-spanduk dan lainnya kepada seluruh anggota serikat buruh/serikat pekerja. Tanpa itu semua mustahil elit gerakan buruh bisa meyakinkan anggotanya.
Saat ini berapa jumlah wakil buruh yang duduk di Parlemen Pusat Swedia?
Kalau bicara buruh secara umum tentu sangat banyak tapi khusus buruh di sektor metal, kami punya 10 orang wakil di parlemen Pusat dan mereka terkonsentrasi dalam satu partai yaitu Partai Sosial-Demokratik.
Berapa jumlah total anggota parlemen pusat di Swedia?
Sekitar 300 orang
Bagaimana mungkin 10 orang bisa mempengaruhi kebijakan parlemen yang memiliki jumlah anggota 300 orang?
10 orang itu hanya wakil buruh sektor metal belum wakil buruh sektor lainnya. Untuk diketahui walaupun buruh sektor metal hanya memiliki 10 orang wakil di Parlemen pusat akan tetapi mereka terkonsentrasi dalam 1 partai yaitu Partai Sosial-Demokratik. Hal ini mempermudah wakil-wakil buruh untuk mempengaruhi parlemen, tentu dibantu juga oleh wakil buruh dari partai-partai lain.
Menurut pengalaman anda, apa yang harus dilakukan oleh buruh di Indonesia agar mampu memenangkan caleg buruh dalam pileg nanti?
Sederhana saja, organisasi (serikat pekerja/serikat buruh) harus secara optimal memberikan dukungan kepada caleg-caleg yang sudah ditunjuk untuk mewakili organisasi (kaum buruh) dan jangan dilepas begitu saja kepada caleg yang bersangkutan, organisasi harus terlibat aktif dalam segala hal terkait pencalegkan kadernya, misalnya kampanye, sosialisasi, konsolidasi dan termasuk pendanaan. Menurut saya apa yang dilakukan FSPMI dalam mendukung caleg-calegnya sudah benar.
Jika sudah terpilih apa yang dilakukan serikat buruh di Swedia untuk mengontrol wakilnya di parlemen, guna menghindari terjadinya “pembelotan”?
Secara rutin minimal sebulan sekali serikat buruh melakukan pertemuan, semisal makan siang atau makan malam dengan anggota parlemen yang berasal dari buruh. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut segala hal termasuk keinginan-keinginan serikat buruh didiskusikan. Dan jika ada hal-hal yang mengundang kecurigaan maka organisasi (serikat buruh) membentuk tim investigasi guna mengusut masalah tersebut hingga tuntas.
Jika di Indonesia aksi unjuk rasa menjadi senjata utama serikat buruh dalam menyuarakan aspirasinya, bagaimana di Swedia?
Di Swedia berbeda. Gerakan buruh di Swedia lebih memanfaatkan opini di media massa sebagai senjata utama untuk menyuarakan aspirasinya, karena mayoritas rakyat Swedia termasuk buruhnya gemar membaca. Mungkin ada perbedaan karakteristik gerakan buruh di Indonesia dengan Swedia.
Terakhir apa harapan anda terkait “Buruh Go Politik” di Indonesia?
Harapan saya sederhana, buruh berpolitik itu sebuah kewajiban. Oleh karenanya apapun hasil dari pemilu tahun ini kaum buruh tidak boleh antipati terhadap politik. Ingat, dalam sistem negara demokrasi melalui politiklah cara efektif untuk memperbaiki kesejahteraan kaum buruh. (*)