Bogor, KPOnline – Membaca. Inilah pelajaran pertama yang diajarkan pertamakali oleh Allah SWT kepada utusan-Nya, Muhammad. Tanpa perlu banyak teori, kita sudah bisa menyimpulkan sendiri betapa pentingnya manfaat membaca dalam kehidupan. Tanpa itu, kita akan menjadi buta. Boleh jadi mata kita masih sehat dan bisa melihat, tetapi itu adalah penglihatan yang tanpa makna. Hanya sekedar melihat. Tetapi tanpa didasari dengan ilmu pengetahuan.
Itulah sebabnya, ia percaya, jika kaum buruh ingin cerdas kuncinya adalah dengan membaca. Kalau hanya sekedar bekerja, robot pun bisa bekerja. Tetapi agar dalam menjalakan pekerjaannya buruh tetap memiliki harkat dan martabat sebagai manusia, ia harus memiliki pengetahuan. Dan itu bisa didapatkan dengan membaca.
Agar buruh memiliki bahan bacaan yang relevan dengan topik dan isu perburuhan terkini, ia rela berkeliling ke perusahaan-perusahaan di Bogor untuk mendistribusikan Koran Perdjeoangan. Sering ia tak peduli dengan panas dan hujan ketika harus berkeliling dari satu pabrik ke pabrik lainnya demi menjamin agar Koran Perdjoeangan bisa tiba di tangan pembaca tepat waktu
Menurutnya, Koran Perdjoeangan adalah koran alternatif yang sangat bermanfaat bagi kaum buruh. Apalagi saat ini media mainstream – khususnya di Bogor – cenderung tidak mau memberitakan isu-isu perburuhan secara objektif.
“Jika buruh rajin membaca maka buruh akan semakin cerdas sehingga sulit bagi pengusaha untuk menzalimi buruh yang cerdas dan paham akan hak-haknya,” ujarnya saat berbincang dengan KP sore itu. Lebih lanjut ia menjelaskan, jika distribusi KP di Bogor lancar maka buruh di Bogor setidaknya dapat mengetahui perkembangan gerakan buruh di daerah lainnya di Indonesia. Berharap akan menjadi inspirasi sehingga gerakan buruh di kota hujan itu akan semakin maju.
Itulah sebabnya, pria yang juga aktif di kepengurusan Garda Metal Bogor ini selalu semangat dan merasa lebih percaya diri dalam berjuang membela hak-hak kaum yang tertindas.
Ia, memiliki nama lengkap Selamet Wahyudin. Kelahiran Bogor pada tanggal 30 Juli 1969 ini menikah dengan gadis pujaan hatinya, Euis Karnayah. Gadis manis yang diperkenalkan oleh teman sepabriknya. Dari hasil pernikahan itu, dikaruniai dua orang buah hati: Hapadz Aprizalsyah Wahyudi (17 tahun) dan (Arlinda Selistiawati Bramuda (10 tahun).
Menghabiskan masa kecil di Depok dengan bersekolah di SD dan SMP di Depok. Dari sana ia melanjutkan pendidikan di STM Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Begitu tamat, ia langsung diterima bekerja di PT. Bukaka sejak tahun 1990 hingga sekarang. Sebelum aktif di Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), Selamet sempat tercatat menjadi anggota Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI).
Pada awalnya ia hanya menjadi anggota biasa. Namun sejak tahun 2010, ia mulai aktif di FSPMI. Selamet mengaku tergugah untuk aktif dalam kegiatan FSPMI karena melihat keiklasan dan pengorbanan FSPMI yang begitu besar dalam mempejuangkan kesejahteraan buruh di Indonesia.
Selain aktif di FSPMI, sejak kecil Selamet aktif dalam kegiatan di sekolah, seperti Pramuka, Dirgantara, dan OSIS. Kegiatan di luar sekolah pun ia ikuti, seperti, karang taruna, Remaja Masjid Agung al-Azhar Kebayoran Baru dengan nama YOUTH ISLAMIC STUDY CLUB atau YISC.
Saat ini, kesibukannya bertambah dengan didaulatnya sebagai Tim Media FSPMI wilayah Bogor. Ia berharap bisa menjalankan amanah ini dengan baik. Sebagai sumbah sihnya untuk ikut serta membangun peradaban kemanusiaan. Untuk Indonesia yang bermartabat dan sejahtera.