Gresik, KPonline – Hampir di setiap aksi buruh sang orator dengan lantang meneriakkan perlawanan terhadap pemodal besar “HANCURKAN KAPITALISME”.
Disadari atau tidak saat ini kita sangat bergantung pada para kapitalis mulai bangun tidur hingga tidur lagi. Baju kita adalah produk kapitalis, peralatan mandi, dapur, makanan dan minuman, bahan-bahan bangunan hingga transportasi adalah produk kapitalis. Bahkan seragam aksi, bendera serikat buruh dan peralatan unjuk rasa juga dibeli dari para kapitalis.
Lalu, bagaimana implementasi dari sebuah sikap “HANCURKAN KAPITALIS” tersebut?.
Boikot
Yap, boikot cukup efektif untuk melawan kapitalis seperti yang dilakukan sebagian masyarakat terhadap produk roti beberapa waktu yang lalu. Terlepas dari sebab-sebab boikot tersebut gerakan itu menyebabkan produsen roti tsb rugi besar.
Permasalahannya ketika produk yang akan diboikot adalah kebutuhan pokok, siapkah kita lapar? Atau mencari produk pengganti dari non kapitalis? Saat ini sulit sekali menemukan produk kebutuhan pokok dari non kapitalis.
Selain itu gerakan boikot biasa tidak permanen, hanya berlangsunh beberapa saat saja. Memang ada beberapa orang yang bertahan dalam jangka waktu lama, tapi sampai kapan? Ketika produk pengganti dari non kapitalis tidak segera diproduksi dipastikan mereka akan lupa dengan gerakan boikot, meski yg diboikot tersebut bukan kebutuhan pokok.
Pernahkah kita berpikir, bahwa para buruh yang hidupnya pas-pasan bila dikumpulkan dan digerakkan bersama-sama dibidang ekonomi, akan menghasilkan kekuatan yang besar untuk menghancurkan kapitalisme, sekuat gerakan buruh dibidang politik yang melawan penguasa dholim?
Koperasi Buruh
Lihatlah rochdale pioneer, yang tercatat sebagai koperasi pertama di dunia pada abad 17 pasca revolusi industri. Yang awalnya beranggotakan 28 buruh tekstil miskin, dalam waktu tujuh tahun mampu menggerakkan bisnis dan bersaing dengan pemodal besar. Diawalai dengan menyediakan kebutuhan pokok anggota di sebuah toko kelontong hingga memiliki beberapa pabrik.
Lihatlah peran Patih Raden Aria Wiria Atmaja, di akhir abad 17 di era penjajahan belanda. Yang mampu membebaskan para pegawai pribumi dari jeratan lintah darat melalui koperasi simpan pinjam.
Mari berkaca pada gerakan buruh kita, apakah kita biarkan potensi ekonomi yang luar biasa ini terbang sia-sia? , dan elemen buruh 100% menikmati gerakan politik saja?
Mengapa kita tidak segera memulai suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri dengan harga dibawah pasar dengan kualitas bagus?
Mengapa kita tidak segera memulai usaha simpan pinjam, karena banyak dari kawan buruh punya usaha kecil di rumah masing-masing? Padahal kita tahu permasalahan utama mereka ada pada modal, sehingga mengurangi ketergantungan mereka pada bank yang sebenarnya milik kapitalis.
Para kapitalis itu dalam perencanaan sebelum memproduksi barang, pertimbangan utama adalah konsumen. Mereka juga berani merogoh kocek ratusan milyar hanya untuk menggaet konsumen lewat promosi dan sponsor.
Bila buruh memproduksi barang, tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun untuk promosi karena konsumennya jelas, anggota sendiri.
Nah, bila buruh atau sekelompok masyarakat mau bertekad membangun usaha sendiri, dengan sendirinya hal itu akan menghancurkan kapitalisme tanpa harus puasa karena gerakan boikot..
Dan semuanya akhirnya semua kembali kepada diri kita para buruh dan komitmen organisasi tentunya. jargon “HANCURKAN KAPITALISME” ini cukup sebagai upacara dan formalitas sebuah aksi, atau diimplementasikan dalam sebuah gerakan ekonomi melalui koperasi.
Penulis: Ruston efendi