Batam, KPonline – Melihat jumlah penyimpangan seksual di kawasan industri yang terus meningkat, sungguh mengkhawatirkan. Pasangan ini sudah tidak malu lagi menunjukkan eksistensi di jalanan, misalnya dengan cara berpelukan.
Dormitory, di tempat inilah, Desy tinggal. Wanita yang bekerja di salah satu perusahaan di kawasan Batamindo ini menuturkan, bahwa perusahaan sengaja menyediakan perumahan di dormitori ini, untuk membantu pekerja/buruh memperoleh timpat tinggal yang dekat dengan lokasi kerja .
Desy ,wanita lajang asal Medan yang sebelumnya tinggal di daerah Sagulung ini berpikir bahwa dormitori adalah tempat yang paling masuk akal untuk tinggal. Jarak dengan tempat kerja juga cukup ditempuh dengan jalan kaki. Meskipun harus berbagi kamar mandi dan tempat tidur dengan 13 rekan sesama wanita yang tinggal dalam satu ruangan.
Di dormitori itu juga, menurut Desy, ada sebagian di antara temannya yang awalnya wanita normal menjadi lesbi. Dari seorang wanita yang berharap belaian seorang lelaki, berubah menjadi penyuka sesama jenis. Mereka mulai terbiasa melakukan ini sejak tinggal dormitori.
Desy kemudian menunjuk salah seorang penghuni dormitori, wanita yang berpenampilan polos dan nyaris tanpa saputan make-up di wajahnya. Meski masih berusia 24 tahun, suara baritone yang menggelegar dan berat menandakan bahwa dia seorang perokok. Gerak lakunya, sama sekali tidak menunjukkan perilaku wanita dan sekilas seperti laki-laki. Hanya buah dada yang sedikit menonjol dan pinggulnya yang agak besar, tidak bisa menyembunyikan bahwa Sulastri (bukan nama sebenarnya) sebenar-benarnya adalah seorang perempuan.
Setelah berkenalan dengannya, kemudian melalui Sulastri kami bisa bertemu dengan Wulan, kekasih dari Sulastri.
Berbeda sekali dengan Sulastri, Wulan terlihat wajahnya tersaput bedak yang cukup tebal, kedua bibirnya juga merah oleh lipstick. Ketika mendekatinya, sekilas tercium bau minyak wangi yang menyegarkan. Sesegar penampilannya yang terlihat betul sangat dia rawat.
Jika Sulastri mengaku mulai menyukai sesama jenis di dormitori, Wulan mengatakan dia memiliki kecenderungan menyukai sesama jenis sejak masih belia.
Dalam hubungan mereka, Sulastri mengaku berperan sebagai seorang buci atau sentul, sebuah sebutan peran laki-laki dalam sebuah pasangan lesbi. Sedangkan Wulan berperan sebagai kantil yang perannya sebagai wanita.
Menurut Sulastri, selain Sentul dan Kantil, ada satu lagi sebutan untuk wanita lesbi yang mempunyai peran ganda. Bisa berperan sebagai wanita maupun laki-laki. Mereka menyebutnya sebagai Andro.
Sulastri mengakui, kondisi dan suasana dormitori yang menjadikannya seorang lesbi. Lingkungan tempat tinggal yang nyaris semuanya wanita. Saat Sulastri sedih dan curhat kepada kawan satu kamar satu tempat tidur, kawan wanitanya menghibur, membelai, dan berusaha menenangkan dia. Dari situ muncul rasa nyaman ketika kawannya memperlakukan seperti itu. Dari situlah awalnya.
“Kita tak bisa memperoleh hal itu pada laki-laki, karena semua kawan, wanita. Kita jadi akrab, saling menikmati, dari situlah semuanya berawal,” katanya.
Meskipun demikian, tidak semua perempuan yang tinggal di Dormitori berperilaku demikian. Jauh lebih banyak yang menjalin cinta secara normal, dengan laki-laki sejati.
Psikolog Lusi Triyani, menuturkan penyimpangan seksual bisa terjadi karena faktor hormonal, dan lingkungan. Faktor hormonal dari dalam tubuh yang dampaknya sangat berpengaruh terhadap fisik, perilaku, dan seks seseorang. Makanya, jika pria didominasi hormon perempuan perilakunya menjadi lebih perempuan. Begitu pula sebaliknya.
Namun, penyimpangan yang terjadi akibat faktor lingkungan secara kasat mata lebih sulit diketahui. Sebab, tidak ada perubahan fisik sehingga tidak bisa ditebak apakah seseorang itu menyimpang, atau tidak.
Menurutnya, faktor lingkungan lebih berbahaya dibandingkan hormon. Pengaruh lingkungan lebih cepat, di mana seorang yang sedang drop, tidak didukung norma, dan nilai-nilai agama yang kuat bisa terjerumus akibat sentuhan orang sejenis yang menyimpang
Apa yang bisa membengkokkan orientasi seks? Pada kasus remaja, Lusi menyebut pada umumnya karena patah hati dan rumah tangga berantakan. Ketika kekasih yang dicintai meninggalkannya membuat anak terpuruk. Demikian juga dengan anak-anak yang kesepian karena orangtua sibuk.
Di Dormitori Batamindo saat ini, setidaknya ada ribuan perempuan yang tinggal di sana. Mereka tinggal dan terbagi dalam puluhan blok, dan setiap bloknya masih terbagi dalam beberapa sub blok. (*)