Pertemuan saya dengan seorang relawan kesehatan ternyata membawa cerita panjang dikemudian hari. Sebut saya namanya Dian, meski terbilang baru di dunia relawan tapi keteguhan dan jiwa sosialnya yang tinggi di bidang kesehatan tak diragukan lagi.
Ada yang bilang ia adalah relawan A, B atau C, namun sebenarnya Dian adalah relawan lepas yang tidak sedang terikat dengan lembaga apapun. Kecintaannya kepada anak anak berkebutuhan khusus ini, juga membuatnya menjadi pendamping setia bagi anak anak yang sedang menjalani pengobatan intensif di rumah sakit.
Banyak pengalaman menarik yang akhirnya membawa saya sedikit demi sedikit menyelami dan menikmati dunia relawan kesehatan. Meski awalnya hanya kebetulan, namun tidak pada hari ini.
Dunia relawan kesehatan menjadi magnet tersendiri bagi saya untuk terus terlibat langsung di dalamnya, mengetahui detail dari cerita para orang tua yang saya sengaja kumpulan sebagai bahan tulisan di sebuah media online milik organisasi.
Ajakan Dian untuk mengunjungi pasien anak anak di salah satu rumah sakit nasional di Jakarta serta mengunjungi sebuah rumah singgah tempat mereka menginap semakin menggugah rasa penasaran saya terhadap kondisi pasien yang sebenarnya saat terbaring lemah berjuang untuk sembuh.
Singkat cerita, kemudian saya diperkenalkan kepada Om Rudy orang tua salah satu pasien anak yang mengidap atresia bilier atau gagal hati.
Obrolan santai namun serius saya dengan om Rudy ternyata membuat saya semakin penasaran untuk mengetahui lebih dalam terkait kondisi pasien atresia bilier yang konon di prediksi lahir sekitar 350 sampai 400 anak per tahun di Indonesia.
Hal ini diperkuat lagi dengan pandangan mata saya saat melihat langsung kondisi anak anak atresia bilier yang serasa menyesakkan dada ini di hadapan mereka.
Perjalanan saya sebagai penulis lepas yang bertemu dengan relawan kesehatan ini membuat saya memutuskan untuk beberapa kali membuat tulisan terkait kondisi pasien.
Yang akhirnya, saya juga membutuhkan data penunjang untuk dijadikan tulisan yang mengharuskan saya bertemu dengan mereka anak anak penderita atresia bilier.
Ada sebuah harapan besar dari tulisan yang saya unggah, semoga ada pembaca yang tergerak hatinya untuk mengulurkan bantuan membantu kebutuhan mereka selama menjalani proses pengobatan.
Dari Dian dan Om Rudy juga, saya mendapatkan informasi terkait kondisi si cantik Adiva Savina pasien anak penderita atresia bilier yang kini berusia dua tahun pada 20 Januari 2020 kemarin.
Gadis mungil Adiva saat ini sedang menjalani serangkaian proses pengobatan di rumah sakit nasional, setelah melalui perjalanan panjang dari Palembang menuju Jakarta.
Hal ini ditempuh oleh kedua orang tua dan keluarga Adiva demi sebuah asa kesembuhan sang buah hati agar bisa hidup berkembang dengan normal seperti anak anak seusianya yang lain.
Tak hanya waktu dan tenaga yang tersita selama di Jakarta, uang puluhan juta pun sudah dihabiskan dari kantong pribadi selama proses ini berjalan sedari awal. Dan ini bukan sesuatu yang mudah dijalani bagi keluarga sederhana yang bertempat tinggal di Bukit Kecil, Palembang, Sumatera Selatan.
Upaya transpalansi yang mereka harapkan sebagai jalan kesembuhan Adiva ternyata tak berjalan mulus sesuai yang mereka bayangkan. Wahyu Febriansyah ayah Adiva yang digadang gadang sebagai pendonor bagi anaknya sendiri ternyata gagal saat menjalani proses screening.
Ada proses terapi yang harus dilalui agar lolos proses screening yang memakan biaya cukup besar. Begitu juga dengan Yunita Sella Debriyanti sang ibunda, tidak bisa menjadi pendonor bagi Adiva karena berbeda golongan darah.
Kondisi seperti ini rupanya meluluhkan dan menggerakkan hati saya untuk ikut membantu lebih dalam semampu saya. Segera saya hubungan beberapa kawan relawan kesehatan dari Jamkeswatch yang saya kenal jauh lebih dulu untuk melakukan diskusi. Beberapa hari yang lalu di rumah salah satu relawan kami melakukan pertemuan kecil untuk membuat sebuah keputusan besar, “kita bantu Adiva” ujar kami sepakat malam itu.
Rupanya ada sebuah moment besar mengawali keputusan kita, kamis kemarin ada aksi besar di depan gedung Kementerian Kesehatan RI, jalan. H.Rasuna Said, Jakarta terkait penolakan kenaikan iuran BPJS Kesehatan yang makin menyengsarakan rakyat.
Kita putuskan melakukan penggalangan dana kemanusiaan untuk Adiva dari kawan buruh FSPMI yang sedang berunjukrasa hari itu. Sebuah moment yang tidak kita sia siakan untuk berbagi cinta kepada Adiva. Saya bersama kawan kawan relawan yang lain bersyukur atas awalan yang baik ini, semoga kedepan akan semakin mudah jalan bagi Adiva Savina menemukan kesembuhannya.