Purwakarta, KPonline – Menanggapi kenaikan harga BBM yang rencananya akan dilakukan pemerintah. Dalam dunia usaha, tentu dapat berakibat pada naiknya biaya produksi. Sehingga buruknya kebiasaan pengusaha dalam menghadapi hal tersebut akan membebankan kenaikan biaya produksi tersebut kepada pekerja, seperti menunda pembayaran gaji, memotong gaji atau mengurangi jumlah pekerja.
Karena itu, Partai Buruh menolak keras rencana kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Presiden Partai Buruh Said Iqbal mengungkapkan tak cuma BBM, Iqbal juga menolak rencana kenaikan energi lain seperti gas.
Selain inflasi akan melonjak tajam, Said Iqbal mengatakan kenaikan harga BBM bisa berpotensi terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) massal pada perusahaan-perusahaan.
Setidaknya terdapat beberapa alasan mengapa kenaikan harga BBM sangat memberatkan kehidupan kelas pekerja atau kaum buruh. Berikut Koran Perdjoeangan. com akan merangkumnya.
Pertama, harga barang-barang akan semakin mahal. Kenapa? Kebutuhan akan komoditas BBM sudah menyentuh semua aspek kehidupan. Tekanan harga pada komoditas BBM akan berpengaruh pada harga barang atau jasa lainnya.
Kedua, daya beli masyarakat akan menurun.
Karena, kenaikan harga BBM pasti akan disertai dengan peningkatan harga barang yang berimplikasi pada menurunnya daya beli masyarakat.
Ketiga, pengangguran bertambah karena kenaikan harga BBM bersubsidi akan membuat biaya produksi usaha bertambah. Hal ini menimbulkan pengusaha mengurangi beban usaha salah satunya dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). PHK tentunya akan menimbulkan angka pengangguran meningkat.
Selanjutnya, usaha kecil menjadi sektor yang paling terpukul akibat dampak kenaikan harga BBM. Sektor ini mengalami penambahan beban produksi terbesar. Karena dengan modal secukupnya ditambah beban produksi yang bertambah akibat harga BBM yang mengalami kenaikan diyakini akan membuat sektor usaha kecil berujung gulung tikar.