Decent work atau pekerjaan layak sebuah impian atau mimpi yang sempurna untuk para pekerja/buruh. Sayangnya aturan pemerintah saat ini masih jauh dari kata berpihak untuk pekerja/buruh. Pemerintah justru sibuk merevisi aturan ketenagakerjaan dan nilainya menurunkan kesejahteraan para pekerja/buruh.
Kawan jadilah buruh/pekerja yang cerdas, maka pekerjaan layak tak akan hanya jadi mimpi. Apakah cerdas saja cukup? Saya rasa tidak. Haruslah dibersamai dengan keberanian dan kemauan berjuang bersama dari para pekerja/buruh itu sendiri.
Kebutuhan ekonomi terkadang sangat melemahkan sebuah pergerakan, sehingga decent work atau pekerjaan layak hanya bertengger jadi mimpi.
Bicara pekerjaan layak tentu tidaklah luput dari kesetaraan gender, ketidakadilan itu sangat nyata. Upah pekerja/buruh perempuan dan laki-laki tidak sama. Kesejahteraan pekerja/buruh perempuan dan pekerja/buruh laki laki tidak sama. Pajak yang dibayarkan pun tidak sama. Entah apa yang ada di pikiran para pembuat aturan terdahulu sehingga ada ketimpangan seperti itu.
Di era digitalisasi saat ini sudah banyak yang mulai menyuarakan kesetaraan gender tapi hanya sebatas wacana. Praktiknya upah pekerja perempuan masih belum setara, jauh dari pekerjaan layak.
Untuk mencapai pekerjaan layak, butuh kerja keras serta perjuangan tanpa henti untuk terus menyuarakan kepada dunia bahwa buruh atau pekerja merupakan aset negara. Berhak atas pekerjaan layak serta upah yang layak untuk kemajuan ekonomi negara itu sendiri.
Ada sebuah kutipan menarik ketika saya menghadiri sebuah agenda perempuan dari Vice Presiden Bidang Pendidikan DPP FSPMI Nani Kusmaeni. Dia mengatakan, jika kamu tidak berjuang maka kamu menikmati kemiskinan.
Kawan melalui peringatan hari decent work better future kali ini kami mencoba menyadarkan kawan-kawan untuk terus bergerak, berjuang dan bertumbuh. Jadilah buruh/pekerja yang cerdas untuk masa depan anak cucu yang lebih baik. (Eva)