Subang,KPonline – Konsulat Cabang Federasi Serikat Pekerja Metal (KC FSPMI) Subang menggelar kegiatan Deklarasi Tawadu Buruh Go! Politik di sekretariat KC FSPMI Subang (1/7/2018).
Deklarasi Tawadu Buruh Go! Politik yang dihadiri oleh seluruh perangkat KC FSPMI, PC. SPA FSPMI, Korda Garda Metal dan beberapa pengurus PUK di kabupaten subang, Jamkeswatch Subang, bakal calon legilatif (bacaleg) Buruh Go! Politic yaitu Dick Faizal Akbar/Diki.
Hadir dalam acara ini Imam besar majlis shalawat (mazolat) cakar jagat Subang Mas Gilang APK juga ketua DPD Gabungan anak jalanan GAZA kab. Subang seniman pantun subang Mang Ayi serta pupuhu masyarakat adat Pabuaran yaitu Kuwu Casmita (mang Encas). Juga dihadiri oleh elemen di luar buruh FSPMI yaitu Pengurus DPC Laskar Indonesia Kecamatan Pabuaran.
“Saya sempatkan hadir sebagai bentuk tanggungjawab dan komitmen untuk mendukung perjuangan masyakarat khususnya buruh dalam berpolitik demi mewujudkan masyarakat Subang sejahtera. Bahkan sebelum deklarasipun kami sudah sosialisasi kepada anggota kami juga kepada saudara-saudara kami di mazolat. Hingga kini sudah 34 titik di wilayah Kecamatan Pabuaran dan Kecamatan Cipeundeuy menyatakan siap bergabung membuat titik tawadu di tiap RT dan bisa bertambah lagi. Ini konsep canggih, tidak hanya soal politik tapi soal pemberdayan sosial ketika masyarakat serba kesusuhan karena keterbatasan informasi tawadu hadir tingkat masyarakat paling bawah berperan sebagai tetangga.
“Sebetulnya kami di Laskar Indonesia bersama anggota kami termasuk Diki sudah melakukan itu bertahun tahun lalu jauh sebelum urusan politik seperti ini dan kami selalu bantu masyarakat yang kesusahan, namun tidak terskema seperti ini” ujar Ketua DPC Laskar Indonesia Kecamatan Pabuaran, Zaenal Abidin.
Pada deklarasi ini, Dick Faizal Akbar membacakan pakta integritas berupa ikrar tawadu yang diikuti oleh semua hadirin. Ikrar tersebut berisi 4 kalimat dalam bahasa sunda yaitu tekad untuk Ngamulyakeun nu hina artinya memuliakan yang hina,
Nguatkeun nu lemah artinya menguatkan yang lemah,
Minterkeun nu bodo artinya memintarkan yang bodoh dan Ngabeungharkeun nu miskin artinya membuat kaya yang miskin.
“Ikrar tersebut bukanlah ikrar yang sulit untuk dilakukan, setidaknya kepada diri sendiri. Dengan cara seperti soal politik dan penggalangan suara itu menjadi urusan kecil, sangat mudah serta bukan hal yang berat, karena memang tawadu ini bukan untuk soal politik tetapi soal bagaimana membuat tatanan masyarakat. Jika tatanan masyarkatnya benar, teratur, beretika memiliki jati diri patuh norma hukum dan moral maka urusan politik itu menjadi tidak terlalu penting. Saya yakin hanya dengan tatanan masyarakat yang baiklah sistem pemerintahkan akan menjadi baik. Saat ini banyak masyarakat yang apriori terhadap urusan politik karena terbiasa dengan pola dan cara calon penguasa baik eksekutif dan legislatif itu mengumbar kata-kata dengan janji palsu, memamerkan uang recehan, seolah berbuat kebaikan dengan tawaran yang menggiurkan yang ujungnya masyarakat dikibulin. Hal seperti itu kan gaya gayanya politik partai komunis? Lalu ujungnya korupsi kan? “. Kata diki.
Imam besar Mazolat cakar jagat berharap “deklarasi ini dapat ditinjak lanjuti langkah nyata memulai dari yang kecil dengan membetuk titik tawadu yang artinya Tempat Warga Mengadu di tiap RT. jika 150 sampai dengan 200 titik tersebut bekerja dengan program yang sudah disiapkan berupa program pemberdayaan ekonomi, kesehatan, ketenaga kerjaan dan pendidikan yang berorientasi pada tetangga rumah disetiap titik maka urusan politik itu menjadi sangat mudah. Dan itu berlangsung tidak hanya pada musim politik seperti ini namun bisa untuk selamanya. Jika titik tawadu membina tetangga dengan jumlah 50 orang dikali 150-200 titik maka tawadu sudah menjadi 10 ribu dan itu cukup banyak untuk ukuran komunitas yang berbasis persaudaraan antar tetangga,” Ujarnya
Sementara itu ketua KC FSPMI, Wira menilai “jika jejaring buruh berbaur dengan masyarakat akan sangat memudahkan baik dalam pengembangan maupun penanganan kasus kasus perburuhan dimana Subang lebih agraris, tentunya akan sinkron nanti dng intruksi organisasi untuk 2019 ganti presiden dan kita di Subang sudah siap dengan konsep yang sudah siap di jalankan”.
Acara yang berlangsung meriah ini diisi oleh diskusi tentang BPJS oleh JW Subang, Nanang Nurdiansyah serta pembahasan teknis program titik tawadu. Acara ini diselingi lantunan pantun sunda yang dibawakan mang ayi, mulai rajah, pantun anak hayam hingga lagu pejuang 45 yang begitu menyentuh perasaan dan hati para deklarator tawadu buruh go! Politic.
Selain itu wejangan dari pupuhu adat Kuwu Casmita menjelaskan “tatanan sosial itu seperti jari jari tangan yaitu ada Ulama jari tengah, Umaro jari telunjuk, Perempuan (ibu) ibu jari, Pemuda jari manis dan anak anak jari kelingking. Semuanya bisa selaras dan serasi bahkan menjadi kekuatan jika bersatu,” Ujarnya
Acara yang berlangsung mulai pukul 20:00 WIB selesai hingga pukul 00:30 dan ditutup oleh do’a.
(Aap – Subang)