Jakarta, KPonline – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sore ini kian terpuruk. Dikutip KPonline dari data perdagangan Reuters, Kamis (4/10/2018), per pukul 15.10 WIB, per US$ 1 ditransaksikan pada Rp 15.190 di pasar spot.
Dolar AS terus menunjukkan penguatan sejak pagi tadi. Sepanjang hari ini, dolar AS bergerak dari level Rp 15.080 hingga Rp 15.199.
Dengan demikian, hari ini saja dolar AS sudah menguat 119 poin atau 0,78%. Sementara itu, harga jual dolar AS di beberapa bank telah di atas level Rp 15.100/US$. Sedangkan pada data kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Rp 15.133.
Anjloknya rupiah tentu akan berdampak pada naiknya inflasi jika dikontribusikan dari bahan pangan dan BBM nonsubsidi karena pengaruh biaya impor yang bengkak. Banyaknya kebutuhan pokok yang tergantung dari import tentu akan berakibat kenaikan harga. Hal ini akan membuat daya beli masyarakat nakal tergerus.
Selain itu, sektor swasta yang memiliki utang jangka pendek dinilai akan terpukul oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kurs dolar AS saat ini, menurut data Reuters telah tembus ke angka Rp 15.000. Nilai utang luar negeri dipastikan membengkak, khususnya bagi perusahaan (swasta dan BUMN) yang pendapatannya berbentuk rupiah namun mengajukan pinjaman jangka pendek dalam denominasi dolar AS. Pelemahan rupiah membuat swasta akan kesulitan membayar cicilan pokok dan bunga ULN (Utang Luar Negeri).
Lalu apa hubunganya kenaikan dolar dengan desakan Prabowo mundur dari pencalonan wakil presiden? Tentu tidak ada, itu hanya trik untuk menarik pembaca saja dan tentunya jika menuduh terpuruknya nilai tukar rupiah akibat Presidennya tidak kompeten atau tidak becus dalam mengelola negara tentu bisa sangat beresiko dikriminalisasi.