Mataram – Dewan Pimpinan Wilayah Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat (DPW FSPMI NTB) mendatangi kantor Pengadilan Tata Usaha Negara Kota Mataram pada Jum’at pagi, tanggal 25 Februari 2022 tepatnya pukul 09:00 WITA.
Kedatangan pengurus DPW FSPMI NTB yang di wakili oleh Sekretarisnya (Rusman Rabbarani) menyampaikan laporan gugatan terhadap Gubernur NTB terkait Keputusan Gubernur NTB tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Tahun 2022 di wilayah NTB yang dianggapnya merugikan kaum buruh.
Disamping itu, DPW FSPMI NTB menilai keputusan Gubernur NTB terkait UMK tersebut cacat hukum.
“Keputusan Gubernur ini sangat merugikan kaum Buruh, belum lagi dasar hukum yang digunakan oleh Gubernur NTB PP 36 2021 turunan dari Omnibus Law, padahal Omnibus Law sudah Inkonstitusional sesuai dengan sidang putusan MK tentang gugatan Omnibus Law tersebut,” ucap Rusman.
“Ambil contoh UMK Sumbawa tahun 2021 Rp. 2.201.613, terjadi kenaikan di tahun 2022 menjadi Rp. 2.227.172, perselisihan kenaikannya hanya 11 ribu lebih, jika dibagi 30 hari kenanya 336 rupiah. Kan lebih mahal WC Umum sekali buang air kecil 2 ribu. tentunya ini sangat miris bagi kaum buruh,” lanjut Rusman yang menjabat sebagai Sekretaris DPW FSPMI NTB.
Gugatan yang dimasukan oleh DPW FSPMI NTB diterima langsung oleh pihak PTUN Kota Mataram dan langsung diberikan nomor pendaftaran gugatan tersebut.