Semarang, KPonline – Buruh jawa tengah yang terdiri dari beberapa Federasi melakukan aksi tolak kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL), depan kantor DPRD Jawa Tengah, Rabu (10/5/2017).
Buruh Jawa Tengah menilai, kenaikan TDL per 1 Mei 2017 kemarin menunjukan ketidak sensitifan pemerintah terhadap beban hidup masyarakat.
“Apalagi kenaikan ini dilakukan menjelang bulan Ramadhan dan Hari Raya, bisa dipastikan harga pokok akan semakin melambung tinggi,” kata Aulia Hakim, seperti diberitakan jatengku.com, Rabu (10/5/2017).
Menurut ketua DPW FSPMI KSPI Jawa Tengah ini, kenaikan harga listrik akan menurunkan daya beli buruh hingga 30 persen, karena memang TDL adalah salah satu dari 60 item komponen Kebutuhan Hidup Layak (KHL).
“Dengan demikian, gaji buruh tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup satu bulan, sehingga harus berhutang, apalagi di Jawa Tengah yang mempunyai predikat upah terendah se indonesia,” ujarnya lagi.
“Kalaupun ada THR pada hari raya nanti, itu digunakan untuk membayar hutang, jadi kehidupan kaum buruh tidak akan pernah berubah,” tambah Aulia Hakim.
Aulia Hakim menilai, bahwa keputusan pemerintah menaikan harga listrik sangat tidak masuk akal dan merupakan kebijakan yang liberal, kebijakan ini hanya untuk menutupi defisit anggaran PLN yang terus merugi.
“Pemerintah tidak kreatif dalam menyiasati kerugian PLN tersebut, ketimbang hanya menaikan harga listrik seperti layaknya rentenir, harusnya melakukan langkah-langkah efisiensi. Maka dengan ini kami atas nama buruh Jawa Tengah menolak kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL),” tandas Aulia.