Setiap tahun, isu kenaikan gaji buruh selalu menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat dan dunia kerja. Menjelang tahun 2025, banyak suara yang meminta agar gaji buruh dinaikkan antara 8 hingga 10 persen. Tapi, kenapa sih angka segitu yang dipilih? Mari kita bahas lebih dalam!
Pertama, kita semua tahu inflasi adalah masalah yang selalu menghantui kita. Data dari Bank Indonesia menunjukkan inflasi kita berkisar antara 4 hingga 6 persen per tahun. Artinya, jika gaji buruh tidak naik lebih dari itu, daya beli mereka akan terus menurun. Bayangkan, setiap bulan kita harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli barang yang sama! Kenaikan harga kebutuhan pokok, biaya transportasi, dan layanan kesehatan tidak dapat dihindari, dan ini sangat memengaruhi kualitas hidup buruh. Dengan gaji yang lebih tinggi, buruh bisa lebih nyaman dalam menjalani kehidupan sehari-hari, memenuhi kebutuhan keluarga, dan merencanakan masa depan yang lebih baik.
Kedua, mari kita bicarakan soal produktivitas. Banyak penelitian menunjukkan bahwa meskipun produktivitas buruh meningkat, upah mereka tidak selalu mengikuti. Ini tentu tidak adil! Ketika buruh berkontribusi lebih banyak untuk perusahaan, mereka seharusnya juga mendapatkan imbalan yang sepadan. Dengan adanya tuntutan kenaikan gaji 8-10 persen, kita sebenarnya sedang berusaha untuk menyeimbangkan kontribusi buruh dengan imbalan yang mereka terima. Jika buruh merasa dihargai dan mendapat gaji yang layak, semangat dan motivasi kerja mereka akan meningkat. Kinerja yang baik akan membawa manfaat tidak hanya untuk buruh, tetapi juga untuk perusahaan dan perekonomian secara keseluruhan.
Ketiga, mari kita lihat dari sudut pandang ekonomi. Kenaikan gaji buruh tidak hanya menguntungkan mereka secara pribadi, tetapi juga dapat merangsang pertumbuhan ekonomi. Ketika buruh mendapatkan gaji yang lebih tinggi, daya beli mereka otomatis akan meningkat. Ini akan mendorong mereka untuk berbelanja lebih banyak, yang pada gilirannya meningkatkan konsumsi domestik. Sebuah perekonomian yang bergantung pada konsumsi masyarakat akan semakin kuat, dan ini adalah langkah positif bagi pertumbuhan ekonomi kita.
Namun, kita juga harus menyadari kekhawatiran dari pihak pengusaha mengenai kenaikan biaya operasional. Hal ini wajar dan harus dipahami. Tapi, penting untuk diingat bahwa upah yang layak bisa menciptakan loyalitas dan produktivitas karyawan. Jika karyawan merasa diperlakukan dengan adil dan mendapatkan imbalan yang sesuai, mereka cenderung lebih setia kepada perusahaan dan berkontribusi lebih maksimal. Jadi, investasi pada kenaikan gaji sebenarnya dapat terbayar dengan peningkatan kinerja dan efisiensi perusahaan.
Kita juga tidak boleh melupakan aspek sosial dari kenaikan gaji. Buruh adalah bagian integral dari masyarakat. Ketika buruh mendapatkan gaji yang layak, mereka dapat berkontribusi lebih baik kepada masyarakat mereka. Mereka bisa mendukung pendidikan anak-anak, mengakses layanan kesehatan yang lebih baik, dan berinvestasi dalam kesejahteraan keluarga mereka. Semua ini berujung pada masyarakat yang lebih sejahtera.
Akhirnya, tuntutan untuk kenaikan gaji buruh sebesar 8 hingga 10 persen di tahun 2025 bukanlah hal yang berlebihan. Ini adalah langkah yang sangat penting untuk memastikan bahwa buruh—yang merupakan salah satu pilar utama dalam perekonomian—mendapatkan imbalan yang adil dan layak. Dengan demikian, baik buruh maupun perusahaan bisa tumbuh bersama, menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik dan sejahtera. Mari kita dukung kenaikan gaji yang adil demi masa depan yang lebih baik bagi semua
Laura Sardi – Anggota FSPMI