Purwakarta, KPonline–Banyak orang beranggapan bahwa semakin tinggi gaji seseorang, semakin besar pula gaya hidup dan pengeluarannya. Namun, pandangan ini tidak selalu benar. Gaji yang besar seharusnya menjadi alat untuk mencapai kesejahteraan, bukan sekadar pemuas hawa nafsu konsumtif yang tidak terkontrol.
Oleh karena itu, Pentingnya memperhatikan financial intelligence dalam mengelola pendapatan. Bukan menjadi bagian dari orang yang terjebak dalam lifestyle inflation, dimana kenaikan gaji justru diikuti dengan kenaikan pengeluaran yang tidak perlu.
Memiliki penghasilan tinggi bisa menjadi berkah jika dikelola dengan bijak. Namun, jika hanya digunakan untuk memenuhi keinginan konsumtif, seseorang justru bisa terjebak dalam gaya hidup boros yang akhirnya tidak membawa kebahagiaan jangka panjang.
Beberapa individu dengan gaji tinggi bahkan memilih hidup sederhana dan berinvestasi untuk masa depan. Contohnya, seorang pekerja muda bernama ujang (30) yang memiliki upah tiga digit setiap bulan, namun tetap memilih kendaraan umum untuk beraktivitas ke tempat kerjanya dan mengalokasikan sebagian besar pendapatannya untuk melakukan investasi dan donasi sosial.
“Saya sadar. Bagi saya, membeli sesuatu itu tak harus selalu yang mahal. Jadi hiduplah seperti memiliki sedikit uang, sewajarnya saja. Karena Tuhan tak suka dengan apa yang dilebih-lebihkan,” ujar Ujang saat diwawancarai Media Perdjoeangan di dalam angkutan kota 02 Simpang-Sadang, Purwakarta.
Fenomena ini menunjukkan bahwa gaji tinggi bukan berarti seseorang harus mengikuti hawa nafsu konsumtif. Dengan perencanaan yang matang, penghasilan yang besar bisa menjadi alat untuk mencapai kebebasan finansial dan kehidupan yang lebih bermakna.
Jadi, memiliki gaji tinggi bukan berarti harus hidup berlebihan. Mengendalikan hawa nafsu dan memiliki kebijaksanaan dalam mengelola keuangan adalah kunci untuk mencapai kesejahteraan yang sesungguhnya.