Cianjur, KPonline, – Gempa bumi berkekuatan 5,6 magnitudo pada Senin, 21 November 2022 yang lalu, meluluh lantakan sebagian wilayah Kabupaten Cianjur, khususnya di wilayah Kecamatan Cugenang. Hal tersebut masih menyisakan duka yang cukup mendalam, bagi warga masyarakat Cianjur, yang terdampak langsung gempa bumi tersebut.
Gempa bumi tersebut menelan korban jiwa hingga ratusan orang, dan menimbulkan korban yang luka-luka dan tak terhitung jumlah material yang rusak dan hancur dari bangunan-banguan rumah tinggal, bangunan-bangunan tempat ibadah, bangunan-bangunan sekolah dan pondok-pondok pesantren. Bahkan akses jalan dan jaringan listrik pun banyak yang hancur dan rusak, serta ada banyak lahan pertanian yang tak luput dari keganasan gempa bumi tersebut.
Hingga Sabtu, 3 Desember 2022, masih ada banyak warga masyarakat yg belum mendapatkan bantuan, baik itu bantuan logistik maupun bantuan donasi dari pihak mana pun. Hal ini dikarenakan akses jalan yang masih terputus dan tertutup longsoran tanah, dan hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau menggunakan kendaraan roda dua berjenis motor adventure trail.
Hujan deras yang turun dengan intensitas yang cukup deras sehari sebelumnya, mengguyur Kabupaten Cianjur sejak sore hingga malam hari. Pasca bencana gempa bumi yang telah lalu, mengakibatkan longsoran tanah berwarna merah bercampur air hujan sehingga semakin menambah tingkat kesulitan dalam hal pendistribusian bantuan logistik dan bantuan donasi, dari berbagai kalangan dan warga masyarakat yang berempati.
Ada jutaan meter kubik material dari bangunan-bangunan yang roboh dan hancur, menyisakan puing-puing sisa reruntuhan. Hal tersebut menjadi pemandangan yang biasa saat ini, di setiap sudut desa, dan puing-puing bekas reruntuhan bangunan-bangunan tersebut belum tertangani secara maksimal, baik dari pihak pemerintah daerah, maupun pihak-pihak terkait.
Pada 3 – 5 Desember 2022, sesuai instruksi organisasi melalui Panglima Koordinator Nasional Garda Metal, FSPMI bersama Garda Metal mengadakan bakti sosial. Kegiatan bakti sosial kali ini adalah membersihkan puing-puing dari sisa-sisa bangunan-bangunan, yang ada di Desa Cijedil dan Desa Pameungpeuk. Salah satu sasaran FSPMI dan Garda Metal kali ini yaitu, rumah-rumah warga masyarakat desa, bangunan-bangunan sekolah dan bangunan-bangunan pesantren.
Salah satu pesantren di Desa Pameungpeuk harus dirubuhkan oleh anggota-anggota Garda Metal, agar sisa-sisa puing-puing bangunan tersebut dapat dengan mudah dibersihkan. Kurang lebih ada 200 anggota Garda Metal dari wilayah Tangerang, Bekasi, DKI Jakarta, Karawang, Purwakarta, Bogor dan Cianjur yang turut serta dalam kegiatan bakti sosial kali ini.
Sekretaris Nasional Garda Metal Isnaeni Marzuki menitik beratkan kegiatan bakti sosial kali ini di Desa Pameungpeuk. “Sebagai anggota Garda Metal yang selalu sigap dalam kemanusiaan, selalu taat intruksi organisasi, hal itu sudah menjadi kewajiban bagi anggota FSPMI, terutama anggota Garda Metal, dalam membantu sesama. Atas dasar kemanusian, tanpa memandang status sosial, dan hal tersebut tercermin dalam lima (5) sikap Garda Metal, yang menjadi pondasi sikap setiap anggota,” ungkap Isnaeni kepada Media Perdjoeangan.
Bakti sosial Garda Metal kali ini di sebuah pesantren di Desa Pameungpeuk, Kecamatan Cugenang, Cianjur, disambut positif oleh pengasuh pondok pesantren Ustadz Muhammad Ramdhani. “Insya Allah, akan selalu ada hikmah dalam setiap peristiwa. Semakin yakin dan tawadhu kepada Sang Pencipta, yang mampu memutar balikan setiap kejadian, hanya dalam sekejap. Bahwa setiap manusia tidaklah ada apa-apanya, dan bisa jadi kejadian ini adalah teguran dari Sang Khalik akan kelalain manusia itu sendiri, dari apa yang telah diperbuat, pasti ada akibatnya,” jelas Muhammad Ramdhani
Pesantren yang sudah berdiri sejak tahun 90-an itu, luluh lantak hanya dalam sekejap, dan hanya menyisakan puing-puing dan bangunan yang telah rubuh. Pondok pesantren yang bisa menampung dua ratusan santri tersebut, harus dirobohkan sebagian bangunannya, dikarenakan mengalami keretakan dan kerusakan yang bisa mengancam orang-orang berkegiatan disekitarnya. Kini para santri-santrinya, beberapa ada yang dipulangkan, dan beberapa santri lainnya, masih menimba ilmu di tenda-tenda daruarat. (Gunawan/Editor : RDW)