Gen Z, Kalian Tidak Akan Bisa Melawan Sistem Sendirian, Saatnya Berserikat

Gen Z, Kalian Tidak Akan Bisa Melawan Sistem Sendirian,  Saatnya Berserikat

Gen Z tumbuh di tengah dua hal yang bertolak belakang: kebebasan digital dan realitas kerja yang semakin tidak manusiawi. Di satu sisi, kalian diajarkan untuk menjadi mandiri, fleksibel, dan ‘passionate’. Tapi di sisi lain, kalian dihadapkan pada dunia kerja yang tidak mengenal belas kasihan, kontrak kerja sementara, jam kerja tak terbatas, target tak masuk akal, dan bos yang selalu menuntut lebih tapi memberi lebih sedikit.

Yang membuatnya lebih kejam adalah cara sistem ini menyamar. Eksploitasi hari ini tidak lagi hadir dalam bentuk cambuk atau kerja paksa, tapi muncul dalam bentuk “budaya perusahaan” yang palsu, “kesempatan berkembang” yang sebenarnya adalah tugas tambahan tak dibayar, dan “kekeluargaan” yang hanya berlaku selama kalian patuh.

Kalian tumbuh di tengah janji-janji palsu tentang fleksibilitas, passion, dan “bekerja sambil healing.” Tapi di balik jargon self-love dan motivational quotes, realitasnya kejam :  kalian bekerja tanpa kepastian, dituntut 24/7 dalam nama “growth mindset”, dan diancam digantikan AI jika bersuara sedikit saja. Dunia kerja modern adalah labirin toxic productivity yang dibungkus dengan emoji senyum dan Slack channel bertema mindfulness.

Dan inilah yang sering luput: kalian bukan dimanjakan, kalian sedang dijebak. Dengan kontrak kerja yang kabur, jam kerja yang merayap masuk ke malam hari, dan perusahaan yang menjanjikan “budaya kekeluargaan” hanya untuk memaksa kalian lembur tanpa dibayar. Dunia kerja tidak butuh karyawan loyal ia butuh buruh yang diam. Dan selama kalian diam, sistem akan terus memangsa.

Serikat pekerja bukan milik buruh pabrik generasi orang tua kalian. Serikat bukan peninggalan zaman industri, tapi satu-satunya bentuk kekuatan kolektif yang bisa menekan sistem yang selalu berpihak pada pemilik modal. Di era di mana manajemen bisa memecat ratusan orang hanya lewat spreadsheet, kalian harus berhenti percaya bahwa bersikap baik dan bekerja keras akan menyelamatkan kalian.

Serikat bukan berarti kalian harus membenci atasan. Serikat berarti kalian tidak membiarkan sistem memperlakukan kalian seperti disposable asset, tenaga kerja sekali pakai. Serikat adalah bentuk paling masuk akal dari self-defense di dunia kerja yang penuh jebakan ini. Tanpa serikat, kalian hanya bisa mengeluh di grup WhatsApp, membuat meme sarkas tentang atasan, lalu tetap bekerja lembur dengan gaji yang sama. Tapi dengan serikat, kalian bisa menyusun strategi, membuat perjanjian kerja bersama, dan bahkan menghentikan ketidakadilan sebelum jadi rutinitas.

Kalian adalah generasi paling terdidik, paling melek teknologi, paling cepat beradaptasi. Tapi tanpa organisasi, kalian hanya sekumpulan akun media sosial dengan keresahan serupa, tidak punya struktur untuk melawan. Kalian bisa trendingkan tagar, tapi tagar tidak bisa menegosiasikan kenaikan gaji. Kalian bisa bikin thread viral soal toxic boss, tapi thread itu tidak akan menghentikan PHK massal berikutnya.

Berserikat bukan soal ideologi kiri atau kanan. Ini bukan soal suka demo atau tidak. Ini soal bertahan hidup. Soal membangun perlindungan nyata. Soal memastikan bahwa kalau satu di antara kalian ditindas, ada seratus suara lain yang siap melawan balik. Ini bukan nostalgia perjuangan lama, ini strategi cerdas di tengah kapitalisme yang makin lihai menyamar sebagai “kesempatan.”

Jangan percaya pada perusahaan yang bilang “kita seperti keluarga”. Keluarga tidak memecat kalian karena target penjualan.  Jangan percaya  yang bilang “pintu saya selalu terbuka”, karena sering kali pintu itu hanya terbuka untuk kalian keluar, bukan berbicara. Dan jangan percaya bahwa kerja keras akan menyelamatkan kalian. Dunia ini penuh dengan orang yang kerja keras dan tetap miskin.

Percayalah hanya pada satu hal: solidaritas.

Kalian tidak lemah jika berserikat. Kalian cerdas. Kalian sadar bahwa masa depan tidak dibangun di atas individualisme kosong dan optimisme palsu. Masa depan dibangun ketika orang-orang seperti kalian berdiri bersama dan berkata: “cukup sudah, sekarang giliran kita bicara.”

Kalian bisa terus bekerja sendirian, berharap keberuntungan berpihak. Atau kalian bisa sadar: sistem ini tidak pernah dirancang untuk berpihak pada kalian kecuali kalian paksa.