Jakarta, KPonline – Sejak diundangkan pada 30 Desember 2022, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja terus menghadirkan gejolak di kalangan kelas buruh.
Ketika UU Cipta Kerja disahkan, pemerintah mengklaim akan banyak lapangan kerja dibuka, kesejahteraan rakyat meningkat, investasi berdatangan, buruh tidak mudah di PHK, upah tidak murah dan lain sebagainya.
Namun, kenyataannya berbeda dilapangan. Salah satunya adalah PHK dimana mana dengan merujuk data Kemenaker, ada 64.855 pekerja di Indonesia yang terkena PHK pada tahun lalu yaitu sepanjang tahun 2023.
Kemudian karena hadirnya kebijakan tersebut, Partai Buruh hidup kembali. Seperti diketahui bersama, hingga saat ini hanya Partai Buruh, satu-satunya partai politik yang terus menolak adanya Omnibus Law UU Cipta Kerja.
Kembali hadirnya Partai Buruh menandai kebangkitan kelas pekerja atau kaum buruh melalui lintas politik. Tak hanya itu, Partai Buruh memiliki kekuatan yang unik.
Partai Buruh lahir dari rahim gerakan buruh yang memiliki sejarah panjang dalam memperjuangkan hak-hak pekerja. Salah satunya, gerakan buruh FSPMI dan itu menjadi modal politik yang tidak dimiliki oleh partai-partai lain.
Dan dalam menyambut tiga tahun kebangkitan kelas pekerja melalui gerakan politik, tepatnya tiga tahun yang lalu (2021), Partai Buruh selenggarakan Konsolidasi Akbar di Istora Senayan, Jakarta yang diikuti oleh puluhan ribu buruh dari berbagai federasi serikat pekerja pendiri Partai Buruh yaitu diantaranya; FSPMI, KSPSI AGN, SPN, SPI, KPBI, FSP Kep, FSP Farkes Reformasi, FPTHSI, dan GPI pada Rabu, (18/9/2024).
Dalam kesempatan itu, Presiden FSPMI sekaligus ketua Mahkamah Partai Buruh Riden Hatam Azis mengatakan bahwa hari ini Partai Buruh mengadakan kegiatan Konsolidasi Akbar memperingati tiga tahun kebangkitan kelas buruh.
“Insyaalloh presiden terpilih Republik Indonesia periode 2024-2029 Jenderal Prabowo Subianto akan menghadiri agenda refleksi 3 tahun kebangkitan kelas buruh,” kata Riden Hatam Azis.
Dengan hadirnya presiden terpilih, menurut Riden menandakan adanya kepedulian terhadap kaum buruh dan masyarakat kecil lainnya.
“Momentum ini sangat penting. Momentum ini adalah sejarah bagi gerakan buruh di Indonesia dan hadirnya presiden terpilih Prabowo Subianto merupakan suatu penghargaan atau penghormatan kepada kita (kaum buruh),” sambung Riden Hatam Azis.
Ia berharap, dengan hadirnya presiden terpilih akan membawa kabar baik, membawa harapan baik kepada kaum buruh, dimana dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, kaum buruh di marjinalkan oleh kebijakan kebijakan negara.
“Selanjutnya, Partai Buruh akan menyampaikan pandangan pandangan dan harapan harapan untuk kesejahteraan kaum buruh untuk lima tahun kedepan,” pungkasnya.
Riden Hatam Azis berkeyakinan apa yang akan dikatakannya nanti melalui pidato kebangsaannya, itulah yang akan dilakukan Prabowo Subianto sebagai Presiden Republik Indonesia lima tahun kedepan (2024-2029) demi negeri yang kita cintai, negeri Indonesia Raya.