Di atas pabrik yang letih berdiri,
langit menumpahkan rindunya sendiri.
Asap dan awan menari beriring,
diiringi gemuruh hujan yang dingin.
Besi-besi tua menangis pelan,
menadah rintik dalam kesunyian.
Di atap seng yang renta berkarat,
hujan bernyanyi dengan nada berat.
Mesin-mesin lelah berhenti berbunyi,
kalah oleh gemercik sunyi.
Hujan menyapu jelaga hitam,
menyisakan genangan kenangan kelam.
Buruh berjalan dengan langkah lesu,
menyusuri lorong yang beku.
Di antara genangan bercampur oli,
bayangan mimpi tenggelam sendiri.
Lampu pabrik redup berpendar,
seperti mata yang hampir pudar.
Hujan terus turun, merintik tenang,
menyelimuti sepi yang terlalu panjang.
Di kejauhan suara klakson nyaring,
menyentak malam yang kian hening.
Namun hujan tetap tak bergeming,
turun perlahan, menghapus dingin.
Di atas pabrik, hujan masih bercerita,
tentang kerja keras yang tak pernah sirna.
Tentang doa-doa di sela deru mesin,
tentang harapan yang tak pernah hancur, tak pernah licin.
Laura