Purwakarta, KPonline – Menurut data Bloomberg, Patokan harga minyak global (Brent dan West Texas Intermediate) naik 1% dan diperdagangkan mendekati $87 per barel pada hari Senin (26/9/2022).
Padahal Sebelumnya, Brent sempat tergelincir di bawah $85 per barel dan West Texas Intermediate turun di bawah $80 karena dolar mencapai level tertinggi sepanjang masa, yang membuat harga komoditas dalam mata uang kurang menarik.
Sehingga, dapat dikatakan bahwa harga minyak dunia mengalami penurunan signifikan ke level di bawah US$ 90 per barel, dimana angka itu menjadi yang terendah dalam beberapa bulan terakhir.
Namun, dibalik terus menurunnya harga minyak dunia, pemerintah malah ‘ngegas’ dengan menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada Sabtu (3/9/2022). Dengan rincian; Pertalite naik dari Rp 7.650 menjadi Rp 10.000 per liter, Solar naik dari Rp 5.150 menjadi 6.800 per liter, dan Pertamax naik dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter.
Reaksi beragam penolakan dari berbagai elemen masyarakat pun bermunculan, atas kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah tersebut.
Mengutip dari detikfinance, Presiden Partai Buruh Said Iqbal mengatakan, harga minyak dunia sudah turun ke level US$ 80-an/barel. Harusnya hal ini bisa direspon oleh Presiden Joko Widodo dengan menurunkan harga BBM.
Kemudian, lebih lanjut Said Iqbal mengungkapkan, naiknya harga BBM di tengah turunnya harga minyak dunia. Terkesan, pemerintah hanya mencari untung di tengah kesulitan rakyat.