Jakarta, KPonline – Aksi BEM SI hari ini Senin (14/02) di depan istana negara yang mempertanyakan di aktifkannya kembali Ahok sebagai Gubernur DKI setelah selesai cuti kampanye meski saat ini telah memyandang status terdakwa. Aksi ini berakhir dengan di tangkapnya para mahasiswa oleh kepolisian dengan alasan ini adalah hari tenang sebelum pemilihan Gubernur DKI Jakarta.
Para mahasiswa kemudian di giring dan di bawa ke Polda Metrojaya untuk di periksa. Sampai saat ini sebagian mahasiswa masih bersikeras menggelar orasi di kawasan Patung Kuda Jakarta Pusat. Berikut kronologis aksi yang di sampaikan Andri Sutomo dari Departemen Sosial Politik BEM UNJ 2017/2018 yang diterma KPonline.
Kronologi aksi Terkait Kasus Aktifnya Kembali Basuki Tjahaja Purnama yang Dihentikan Oleh Aparat Terhadap Mahasiswa BEM Seluruh Indonesia
Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia Wilayah Jabodetabek-Banten menuntut pertanggung jawaban atas tindakan inkonstitusional Oleh Presiden Joko Widodo.
Massa aksi berkumpul di dekat menara ragam depan istana kurang lebih 100 orang. Sesaat ketika aksi mau dimulai Presma dr kampus-kampus pun berkumpul untuk melakukan briefing diantaranya ada PNJ, UNJ, STEI SEBI, IPB dll.
Ketika sedang melakukan briefing, Pak Dwiyono selaku Kapolres Jakarta pusat datang menghampiri kami dan menyuruh masa aksi di mundurkan ke patung kuda.
Mahasiswa pun menolak, karena aksi belum dimulai dan tidak ada yang dilanggar pada aksi hari ini. Memang, hari ini masa tenang kampanye tapi bukan masa tenang ber aspirasi bukan (?)
Tiba-tiba Pak Dwiyono, mengintruksikan anggota nya untuk menangkap para presiden mahasiswa dan dimasukan ke dalam mobil. Semua massa aksi pun turut diringkus dan di bawa menggunakan kendaraan minibus polisi, sedangkan para presiden mahasiswa dibawa menggunakan mobil khusus.
Kondisi terakhir massa yang diringkus dibawa ke Polda Metro Jaya, Presma-presma kampus pun di amankan di dalam Polda.
Namun, Masa aksi yang di bawa ke Kapolda di usir dengan bengis luar dan tidak di perbolehkan masuk.
Presiden Mahasiswa masing-masing kampus di seret paksa dengan represif dan anarkis oleh aparat yang jumlahnya sangat banyak.
Masa aksi yang lain di giring dengan paksa dengan pengawalan bersenjata dan di angkut ke dalam kopaja. Masa aksi yang ditengan jalan pun akhirnya di ringkus ke polda.
Berikut kronologis lengkapnya :
– 11.30: Massa aksi tiba di Monas namun dihadang oleh aparat dan menahan serta membawa beberapa Presma
– 12.00 Terjadi kasus pemukulan oleh aparat terhadap mahasiswa
– 12. 30 Massa aksi berkumpul untuk merundingkan strategi kegiatan yang akan dilakukan.
– 13.00 Aparat menyediakan bus untuk massa aksi agar seluruh massa aksi kembali ke kampus. Akan tetapi mass aksi tetap ingin ke kapolda untuk menjemput teman mahasiswa yang ditahan.
– 14.30: Massa aksi kini tengah sholat di Kantor Kemenkeu RI.
Saat ini mahasiswa masih di terlantarkan di Polda. Lalu diancam untuk membatalkan aksi. Sementara Presiden Mahasiswa masing-masing kampus masih di amankan oleh aparat di Polda. Ini bentuk kepanikan Rezim yang otoriter dan terindikasi ada intervensi politik dalam penegakkan hukum.
Kekerasan dalam bentuk apapun tidak dapat dibenarkan, termasuk kekerasan yang dilakukan oleh aparat untuk membungkam suara mahasiswa yang sedang berjuang demi Indonesia yang lebih sehat.
Kami mengutuk tindakan keji yang telah dilakukan aparat untuk membungkam suara mahasiswa. Semoga keadilan ada di pihak kami dan pelaku mendapat sanksi sesuai hukum yang berlaku.
Sungguh, ini adalah salah satu pelemahan dari pergerakan mahasiswa.
Pelemahan gerakan Mahasiswa tidak membuat kita semakin lemah dan hilang arah, tetapi makin menguatkan dan semakin menjelaskan arah kita untuk berjalan ke depan dalam mengawal pemerintahan.
Gerakan mahasiwa tidak mengenal masa tenang ataupun masa libur. Gerakan mahasiswa akan tetap terus ada bahkan bisa lebih besar untuk menjatuhkan Rezim jika kedzaliman masih ada di negeri ini!
Hidup Mahasiswa!
Hidup Rakyat Indonesia!
Jaringan `98 Desak Mahasiswa Dibebaskan
Sementara itu, rmol.com memberitakan, jejaring mantan aktivis mahasiswa yang berhimpun dalam Jaringan ’98 mendukung gerakan mahasiswa yang menyuarakan keprihatinan atas tindakan inkonstitusional mengaktifkan kembali terdakwa penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai Gubernur DKI Jakarta, serta menyesalkan tindakan represif aparat Kepolisian dengan menangkapi aktivis Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM-SI) Jabodetabek-Banten, saat demonstrasi di Jakarta, Selasa (14/2).
Jurubicara Jaringan ’98, Ricky Tamba mengatakan watak gerakan mahasiswa sangat moralis dan seperti koboi penumpas kejahatan, yang akan muncul bergerak saat ada ketidakadilan negara serta keresahan yang meluas di rakyat.
“Aksi teman-teman BEM-SI adalah hal biasa di era demokrasi dan seharusnya Polri dapat lebih bijak menangani aksi kemarin tanpa harus melakukan penangkapan. Harus diingat bahwa kemandirian Polri hingga lepas dari militer ABRI adalah buah reformasi 1998 yang diperjuangkan gerakan mahasiswa dan rakyat,” ujar Ricky, Rabu (15/2).
Dia menilai, kritik baik konstruktif maupun destruktif, esensinya adalah memberikan saran dan masukan untuk masa depan yang lebih baik. Terlebih, bila kritik disalurkan melalui aksi massa yang damai, merupakan sebuah metode yang lazim digunakan di era kebebasan berpendapat dan berserikat yang harus dijunjung tinggi sesuai dengan prinsip dasar di konstitusi Pasal 28 UUD 1945.
“Kami mendesak Polri untuk segera membebaskan tanpa syarat teman-teman Presiden Mahasiswa yang tergabung di BEM-SI, karena tindakan aksi mahasiswa kemarin bukanlah hal berbahaya yang memecah-belah rakyat dan mengancam keutuhan bangsa. Sebaiknya para pemimpin di NKRI semakin bijak menyikapi fenomena mulai masifnya gerakan mahasiswa, dengan mendorong implementasi kebijakan pembangunan yang konkrit meningkatkan kesejahteraan serta memenuhi rasa keadilan rakyat. Ayo wujudkan janji Nawacita dan Trisakti,” seru Ricky.
Jaringan ’98 akan terus mendukung dan mendoakan gerakan mahasiswa untuk selalu menjadi penjaga moral bangsa di tengah gempuran nekolim neoliberalisme yang mendisintegrasi NKRI tercinta serta bahaya ultraliberalisme dan ngawurisme yang menjangkiti mayoritas elite dan politisi.
“Maju terus gerakan mahasiswa jaga NKRI dan perjuangkan masa depan rakyat Indonesia. Berpisah kita berjuang, bersatu kita memukul, rakyat bersatu tak bisa dikalahkan. Hidup gerakan mahasiswa Indonesia!” pungkas Ricky Tamba dalam rilisnya.