Jakarta, KPonline – Mengapa serikat buruh selalu melakukan demo untuk memperjuangkan aspirasinya? Pertanyaan ini sering kita dengar. Benarkah demikian? Jika dicermati, demo sesungguhnya hanyalah satu cara. Ada banyak cara lain yang dilakukan gerakan buruh untuk memperjuangkan cita-citanya.
Dalam Rakernas IV KSPI yang berlangsung di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat pada tanggal 1 – 3 Maret 2016, ditegaskan tentang tiga strategi perjuangan yang dilakukan oleh KSPI dan perangkat organisasinya dalam rangka mewujudkan cita-cita dan tujuan organisasi. Strategi itu adalah: KLA (Konsep – Loby – Aksi), Gerakan Dari Pabrik ke Publik, dan Go Politik.
KLA ( Konsep-Loby –Aksi )
KLA, adalah strategi perjuangan yang berbasiskan Konsep, Lobby dan AKSI. Konsep dalam artian, setiap isu perjuangan didukung oleh konsepsi yang jelas melalui mekanisme atau proses diskusi, seminar, workshop, FGD dan diskusi lainnya untuk mendapatkan konsep yang komprehensif dan mendalam tentang satu isu perjuangan.
Baru kemudian konsep tersebut disampaikan kepada pihak terkait. Inilah yang kita sampaikan sebagai loby.
Baru tahap selanjutnya adalah aksi. Jadi, aksi adalah jalan terakhir. Ia bukan yang utama, juga bukan langkah yang pertama.
Gerakan Dari Pabrik ke Publik
Gerakan dari Pabrik ke Publik satu strategi pergerakan yang berbasis pada “pabrik” atau perusahaan yang berorirntasi pada kepentingan publik yang lebih luas. Ada sebuah kesadaran dan transformasi pergerakkan kaum buruh bukan hanya bicara dan berjuang pada isu buruh saja. Pengalaman memperjuangkan isu jaminan sosial menjadi langkah penting gerakan buruh Indonesia untuk melangkah lebih kedepan.
Go Politik
Strategi go politik menjelaskan bahwa adanya kesadaran, bahwa kesejahteraan kaum buruh tidak bisa hanya diperjuangkan ditingkat pabrik saja atau perusahaan. Kebijakan seperti upah minimum, jaminan kesehatan, jaminan pensiun adalah kebijakan Negara yang harus diperjuangakan tidak hanya melalui aksi parlemen jalanan. Buruh memiliki keterwakilan di parlemen atau bahkan di eksekutif menjadi penting, agar perjuangan kebijakan publik tersebut mudah dilakukan.
Posisi –posisi strategis perlu di Negara ini terutama terkait dengan kesejahteraan dan kebijakan publik perlu menjadi perhatian kaum buruh, agar buruh tidak hanya jadi penonton saja. Buruh harus menjadi subjek perubahan. Ia bukan objek.
Dengan demikian, keliru jika ada yang mengatakan bahwa demo buruh sudah overdosis. Mereka tidak mengakui, demo dilakukan justru karena musyawarah menemui jalan buntu. (*)