Bekasi, KPonline – Selepas menghadiri konsolidasi akbar di Omah Buruh Bekasi, Deputi Presiden FSPMI ini menyempatkan mampir ke Pimpinan Unit Kerja Serikat Pekerja Elektronik Elektrik Federasi Serikat Pekerja Metal Indoensia PT.HITACHI POWER SYSTEMS INDONESIA ( PUK SPEE FSPMI PT.HPSI) untuk bersilaturahmi dan theraphi fashdu.
Setibanya di PT.HPSI, Obon Tabroni disambut hangat Director Administrasi dan MPC, Christiyono Soekamto. Didampingi Ketua PUK SPEE FSPMI PT.HPSI, Aep Risnandar, mereka berbincang santai penuh keakraban. Buat Obon Tabroni ini bukan kali pertama berkunjung ke HPSI, bahkan anggota DPR RI ini masing mengingat nama Presiden Directur 14 tahun yang lalu,Mr.Goto.
Sementara di ruang PUK Theraphis Fasdhu, Adin Komarudin, yang juga pengurus PUK bidang Pendidikan sudah menunggu kedatangan anggota DPR RI Komis IX ini. Bahkan Muhammad Surahmat, Staf Ahli Obon Tabroni sudah melakukan theraphy fashdu. Melihat Surahmat baik-baik saja ketika di theraphi ini, Obon pun langsung meminta untuk di theraphi fashdu. Meskipun raut ketakutan terpancar dari wajahnya yang awet muda.
Dengan sigap Adin Komarudin pun melakukan fashdu di lengan kiri Deputi Presiden FSPMI ini. Sambil melakukan theraphi dan agar pasien tidak ketakutan,theraphis memberitahukan Obon bahwa sebelumnya beberapa aktivis buruh pernah melakukan beberapa kali fashdu, sebut saja Ketua PC SPEE FSPMI Bekasi Haji Abdul Bais, Bidang Advokasi SPEE Ali Yamin, Aep Risnandar, Fadholi dan Siddik. Dan seolah mengajak Obon lebih relaks, Adin mencoba menjelaskan sekilas tentang perbedaan fashdu dengan donor darah, serta dalil dan manfaat fashdu.
“Fashdu dan donor darah sama-sama termasuk tindakan flebotomi (menyobek/membelah pembuluh darah vena) bukan fleboktomi (memotong pembuluh darah vena) dan tujuannya sama-sama mengeluarkan darah,” terang Adin.
Lebih lanjut menurut Theraphis yang sudah satu tahun menggeluti fashdu ini menjelaskan bahwa berdasarkan jenis muatannya pembuluh darah ada 2 macam, pembuluh darah arteri dan pembuluh darah vena. Vena berisi karbondioksida, sampah metabolisme dan unsur- unsur lain yg harus dibuang dari tubuh. Makanya darah yg ada dalam vena disebut darah kotor. Sedangkan fashdu bisa diambil di vena-vena tertentu berdasarkan keluhan dan diagnosa praktisi.
“Adapun mengenai jumlah darah fashdu tergantung kebutuhan sampai pasen merasa keluhannya hilang. Kadang cukup 10 ml saja, tapi kadang sampe 400ml. Jarak waktu fashdu dengan waktu fashdu berikutnya tergantung keluhan pasen/klien karena umur sel darah merah bisa mengalami prematur aging jika muatan sampahnya metabolismenya terlalu banyak (melebihi batas normal),” paparnya lagi.
Dari theraphi fashdu ini, darah kotor Obon Tabroni berhasil dikeluarkan sampai 350 ml. Nampak hitam dan ada bagian-bagian yang putih bercampur darah kotor serta ada gelembung-gelembung udara dalam darah tersebut. Menurut Adin yang juga sering disapa Abu Nanda, cairan putih yang bercampur darah kotor tersebut mengidentifikasikan adanya kolesterol berlebih dalam tubuh kita. Dan gelumbung udara dalam darah kotor itu, menandakan bahwa pasien sedang masuk angin. Dan diagnosa tersebut diakui oleh anggota DPR RI, Obon Tabroni.
“Akhir-akhir ini karena kesibukan dan sering tidur larut malam, tekanan darah saya tinggi. Ternyata selain itu saya punya kolesterol berlebih. Dan benar juga kalau saat ini saya masuk angin, karena sering bepergian dengan menggunakan motor,” ujar anggota DPR RI yang low profile ini.
Sebelum pamit pulang karena ada agenda lain, pria yang enggan di panggil ‘Pa Dewan’ ini menyempatkan sholat magrib berjamaah dengan para pekerja PT.HPSI. Dan sempat foto bersama dengan beberapa pengurus PUK serta kebetulan bertemu Goto San, mantan Presiden Directur PT. HPSI dan langsung diajak foto bersama. Meski sudah berusia 68 tahun, Goto San masih hafal nama Obon Tabroni.
Setelah foto bersama dan bersalam-salaman, Obon sempat meyampaikan terimakasihnya kepada PUK Hitachi dan Theraphis Abu Nanda. Dan dia merasa badannya ringan setelah dilakukan fashdu.
“Alhamdulillah badan saya rada entengan, mudah-mudahan kedepannya saya bisa rutin di fashdu,” pungkas Deputi Presiden FSPMI ini. (Aep)