Di balik pena tinta yang menari lincah,
Seorang pejuang, jiwanya tak pernah lelah.
Dulu, ia berdiri di barisan terdepan,
Bersama buruh, menyuarakan kebenaran.
Kini, meski tak lagi mengayunkan bekerja,
Namun semangatnya tetap membara selalu.
Dari kursi pemadu roda angkot dalam kota dan redaksi, ia tetap berjuang,
Menulis kisah perjuangan, lantang dan gagah.
FSPMI, benderanya berkibar tinggi,
Di bawah naungannya, ia mengabdi.
Setiap goresan pena, adalah senjata,
Melawan ketidakadilan, membela yang lemah.
Di lembaran kertas, perjuangan terukir jelas,
Kisah para buruh, tak pernah terhapus.
Ia abadikan, setiap tetes keringat,
Setiap perjuangan, takkan pernah sia-sia.
Malam berganti siang, ia tetap menulis,
Dengan semangat membara, hatinya tak habis.
Suara buruh, ia jadikan nyanyian,
Agar dunia tahu, perjuangan takkan berhenti.
Walau usia tak lagi muda, langkah tak segesit dulu,
Namun semangatnya tetap membara, takkan redup.
Ia adalah pahlawan tanpa tanda jasa,
Yang terus berjuang, meski badannya ringkih.
FSPMI bangga padamu, wahai pejuang,
Engkau inspirasi, bagi kami semua.
Engkau buktikan, bahwa perjuangan tak mengenal usia,
Selama jantung masih berdetak, semangat takkan mati.