Pasuruan, KPonline – Berita tentang meninggalnya Suliyami (50th) seorang Buruh Perempuan yang meninggal memperjuangkan hak di depan rumah Sudomo Pemilik PT Agel Langgeng pada hari ini Selasa 14 Maret 2023 cepat tersebar hingga Ketua Partai Buruh Exco Provinsi Jawa Timur, H Jazuli SH.
Kepada KPO , H Jazuli menyampaikan keprihatinannya yang mendalam mengingat almarhumah Suliyami meninggal saat memperjuangkan haknya sebagai buruh yang telah bekerja puluhan tahun ,yang pantas disebut sebagai salah satu orang yang membuat kaya pemilik Perusahaan PT Agel Langgeng.
Seperti yang telah diberitakan sebelumnya bahwa PT Agel Langgeng telah memperdaya para pekerjanya dengan meliburkan mereka berdalih tidak ada bahan baku ,namun ternyata saat pekerja libur ,perusahaan melakukan relokasi ke daerah lain ,memindahkan mesin mesin produksi nya dari Pasuruan ke Bekasi.
Tidak hanya itu ,anak Perusahaan PT Kapal Api yang memproduksi Kopi Sachet tersebut ternyata juga mem PHK 154 karyawan nya termasuk Almarhumah yang telah berada di ” Masa Pensiun” .
Di Kabupaten Pasuruan ,Khususnya terkait Pensiun, Masa pensiun di titik beratkan pada masa kerja di atas 20 tahun ,sedangkan Usia Pensiun di titik beratkan di usia pekerja,hal ini telah di atur dalam Perda Kab. Pasuruan No. 22 tahun 2012
Pada kasus ini,almarhumah Suliyami sudah bekerja lebih dari 20 tahun , harusnya perusahaan sudah memPHK Pensiun dan memberikan Pesangon kepadanya jauh jauh hari ,namun ternyata perusahaan tidak melaksanakannya.
Patut diduga PT Agel Langgeng sengaja mengulur waktu ,tetap mempekerjakan di masa pensiun untuk bisa mem PHK sepihak dengan alasan merugi agar perusahaan tidak membayar Pesangon sesuai aturan yang berlaku atau bahkan tidak mau membayar hak karyawan tersebut.
Lebih lanjut H Jazuli menjelaskan bahwa Meskipun telah meninggal dunia bukan berarti Hak Pesangonnya hilang,posisinya sama dengan pekerja yang masih hidup adapun yang membedakan adalah yang hidup masih bisa berbuat sesuatu .
Peristiwa ini menjadi bukti Potret muram nasib Buruh di Indonesia ,dimana oknum Pengusaha tidak mau patuh pada aturan, mesin mesin dianggap lebih berharga dibanding peluh keringat loyalitas buruhnya ,ditambah minimnya perlindungan dari negara membuat nasib buruh seperti benda mati barang mainan para pengusaha yang begitu mudah di buang begitu saja.
Meninggalnya Suliyami harusnya menjadi perhatian Pemerintah untuk lebih bisa melindungi rakyatnya .
(Khoirul Anam)