Jelang Pabrik Tutup : Loyalitas Tanpa Batas

Jelang Pabrik Tutup : Loyalitas Tanpa Batas

Bogor, KPonline – Kening Sarip penuh dengan peluh dan keringat. Ada sedikit noda hitam yang mengotori keningnya. Debu yang menggumpal dibawah boks pengemasan produksi, tak terasa telah mampir di keningnya. Tat2kala tangannya menyeka keringat dan peluh yang mengucur. Inisiatif dan loyalitasnya tak diragukan lagi. Pun meski, dirinya dan seluruh karyawan sudah mengetahui dan memahami, bahwa sebentar lagi pabrik ini akan tutup. Itu artinya PHK. Kiamat kecil bagi kaum pekerja.

Momok PHK sepertinya tidak dihiraukan oleh Sarip dan kawan-kawannya. Mereka masih bekerja seperti biasa, tidak ada yang dikurangi sedikit pun kapasitas kerja mereka. Bergelut dengan produk-produk yang akan dikirim ke customer, berjibaku dengan peluh yang membasahi raga. Tidak bergeming selangkah pun, untuk terus memberikan yang terbaik. Akan tetapi, apakah nilai pesangon yang akan diterima Sarip dan kawan-kawan akan sebanding dengan loyalitas, kapasitas dan kapabilitas mereka selama ini?

Bacaan Lainnya

Kembali dirinya menyusun boks-boks berwarna kuning dan oranye yang ada disana dan disini. Ditumpuk dan disusun, agar rapi dan sesuai dengan instruksi kerja. Mungkin raganya bergerak dinamis, dan mungkin saja pikirannya “bertamasya” kesana kemari, memikirkan nilai pesangon, yang menurut dirinya, tidak akan senilai dengan harga 5 pintu kontrakan yang akan dia beli nanti.

Ya, dengan usianya yang masih terbilang muda, Sarip dan beberapa kawan-kawannya,sebenarnya masih ingin terus bekerja. Usia produktif masih disandang, dan sepertinya masih sanggup untuk memeras keringat dan membanting tulang. Tapi sayang, regulasi pemerintah hampir tidak pernah berpihak kepada kaum lemah. Kaum buruh atau kaum pekerja, sering kali dinistakan dengan aturan dan kebijakan yang merendahkan harkat dan martabat kaum buruh atau kaum pekerja.

“Kalo emang ini udah jalannya, ya ikhlas aja,” sepenggal kalimat yang nyata dari seorang buruh pabrik yang sebentar lagi ter-PHK. Kata PHK, mungkin akan menjadi momok yang menakutkan. Bagi sebagian yang lain, bisa saja menjadi berkah. Karena dengan uang pesangon yang akan mereka terima, membangun usaha dagang atau jasa, sepertinya akan bisa menjadi pilihan alternatif bagi mereka. Bagaimana dengan pandangan bagi sebagian lainnya? Bisa jadi, PHK adalah kiamat kecil, dan pintu neraka bagi kaum pekerja. (RDW)

Pos terkait