Karawang, KPonline – Sholat Idul Fitri hukumnya sunnah muakkadah. Dikerjakan secara berjamaah oleh laki2 maupun perempuan, baik sedang mukim atau pun sedang dalam perjalanan.
Dikerjakan di waktu antara terbitnya matahari dan tergelincirnya matahari. Namun sunnah mengerjakannya setelah matahari naik setinggi ukuran tombak.
Sholat Idul Fitri sebanyak 2 rakaat. Setelah takbiratul ihram lalu membaca doa iftitah.
Pada rakaat pertama, takbir sebanyak 7 kali selain takbiratul ihram. Di sela2 takbir membaca *Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaaha illallaah wallahu akbar.* Takbir dengan mengangkat tangan. Lalu membaca ta’awudz, lalu membaca Al Fatihah, lalu membaca surat Qof dengan jahr. Disunnahkan juga membaca surat Al A’la.
Takbir di rakaat kedua sebanyak 5 kali selain takbir yang diucapkan ketika berdiri dari sujud. Lalu membaca ta’awudz, lalu membaca Al Fatihah, lalu membaca surat Al Qomar. Disunnahkan juga membaca surat Al Ghosiyah.
Takbir sebanyak 7 kali di rakaat pertama atau 5 kali di rakaat kedua bukanlah takbir fardhu atau ab’adh. Namun takbir hai-ah semisal ta’awudz dan doa iftitah. Yang mana bila misalkan lupa maka tidak disunnahkan untuk sujud sahwi. Namun hukumnya makruh bila meninggalkan takbir ini, baik meninggalkan sebagiannya semisal takbir hanya 3 kali, atau tidak takbir sama sekali.
Walaupun begitu, bila misalkan lupa tidak takbir, dan telah membaca Al Fatihah, maka tidak perlu diulang takbir. Kalau pun mau takbir, maka sholatnya tidak batal.
Disunnahkan khutbah Idul Fitri dengan 2 khutbah. Yang mana rukun khutbahnya sama seperti rukun khutbah Jumat. Khotib bertakbir di awal khutbah pertama sebanyak 9 kali dengan berturut2. Dan bertakbir di awal khutbah kedua sebanyak 7 kali dengan berturut2.
Setiap orang baik laki2 maupun perempuan, yang mukim atau pun yang sedang dalam perjalanan, disunnahkan untuk bertakbir dengan suara yang keras di berbagai tempat, baik di jalan2, di masjid2, atau di pasar2. Bertakbir mulai dari terbenamnya matahari di malam hari raya sampai pagi hari, bahkan sampai ketika imam memulai untuk sholat Idul Fitri.
Namun tidak disunnahkan bertakbir setelah sholat2 wajib. Berbeda dengan Idul Adha, yang mana disunnahkan untuk bertakbir setiap selesai sholat2 wajib.
Adapun lafadz takbir :
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلهَ إلاَّ اللهَ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أكبَرُ، وَلِلّهِ الْحَمْدُ، اللهُ أَكبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً، لاَ إِلهَ إلاَّ اللهَ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَّمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ.
Disunnahkan mandi, memakai wewangian, berangkat melalui satu jalan dan pulang melalui jalan lain. Memilih jalan yang lebih panjang ketika mau berangkat, supaya pahala langkah kakinya lebih banyak.
Memakan sesuatu sebelum sholat. Lebih utama memakan kurma dengan ganjil. Kalau misalkan tidak sempat makan kurma di rumah, maka bisa memakannya di jalan atau ketika sudah sampai di masjid.
Pergi dengan berjalan kaki. Bagi orang yang lemah boleh naik kendaraan. Seseorang yang pergi dengan berjalan kaki, boleh juga baginya ketika pulang naik kendaraan dengan membonceng temannya.
Boleh mengerjakan sholat sunnah sebelum mengerjakan sholat Idul Fitri. Namun hal ini makruh bagi imam sholat Idul Fitri.
Disunnahkan menghidupkan malam Idul Fitri dengan ibadah2 semisal sholat dsb. Karena ada hadits riwayat Daruquthni :
من أحيا ليلتي العيد لم يمت قلبه يوم تموت القلوب
“Barangsiapa menghidupkan dua malam hari raya maka hatinya tidak akan mati di hari yang mana waktu itu hati-hati menjadi mati.”
Maksud matinya hati adalah cinta dunia, atau kekafiran, kegoncangan hari kiamat.
Menurut Ibnu Abbas r.huma, sholat Isya dengan berjamaah dan berniat untuk sholat Shubuh berjamaah sudah bisa dianggap sebagai menghidupkan malam Idul Fitri.
Dan juga, doa2 di malam Idul Fitri adalah mustajab, mudah dikabulkan oleh Allah.
Wallahu a’lam.