“Kalau Benar, Jangan Pernah Merasa Takut”

“Kalau Benar, Jangan Pernah Merasa Takut”
Suryadi Gurning. Foto: Msk

KPOnline – Sepak terjang Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) di Purwakarta menjadi buah bibir. Militan. Lugas. Tanpa kompromi membela hak-hak buruh. Mereka sukses mengangkat martabat buruh Purwakarta, sehingga tidak dipandang sebelah mata lagi.

Hal ini tidak terjadi dengan sendirinya. Ada banyak orang yang berperan sehingga memungkinkan hal ini terjadi. Dalam edisi human interes kali ini, KP mengupas latar belakang dari salah seorang tokoh buruh di Purwakarta, yang bersama-sama dengan aktifis buruh lain berhasil mengangkat eksistensi buruh di daerah ini.

Bacaan Lainnya

Tentu kita tidak asing lagi dengan sosok yang satu ini, Suryadi Gurning. Lahir 4 Oktober 1976 di Jakarta. Sejak kelas 5 SD harus berpindah ke kota hujan, Bogor, berhubung sang ayah seorang anggota TNI  ditugaskan secara permanen di kota Bogor.

“Ayah saya anggota TNI. Jadi sedari kecil sudah sering ditinggal pergi oleh ayah. Seingat saya beliau pernah ditugaskan hampir diseluruh wilayah di republik ini, seperti Timor-Timor, Aceh, Sumatera Utara, Irian Jaya dan lainnya sebelum akhirnya dipindahkan secara permanen ke Bogor. Mungkin pengalaman sering ditinggal pergi orang tua membuat saya lebih mandiri,” ujar Suryadi saat berbincang dengan KP.

Namun wajah Suryadi terlihat sedikit sendu saat bicara tentang ayahnya. Ternyata ada penyesalan dalam diri pria ini karena saat sang ayah berpulang ke Rahmatullah tahun 2000, dirinya berada di Jepang dan tak sempat menemani sang ayah untuk terakhir kalinya.

Peristiwa ini yang akhirnya membawa kembali Suryadi pulang ke tanah air. Padahal sebelumnya ia sudah berjanji untuk tidak akan kembali ke tanah air karena sudah mendapatkan pekerjaan yang mapan di negeri matahari terbit.

“Tahun 1997 saya mengikuti tes kerja untuk penempatan di jepang yang diselenggarakan oleh KONI. Alhamdulillah saya lulus dan sejak tahun 1997 saya bekerja di Jepang. Awalnya saya berpikir tidak akan kembali ke Indonesia, karena posisi kerja saya di Jepang sudah nyaman. Namun ketika ayah saya meninggal dan saya tidak berada disisinya, hal ini menimbulkan penyesalan mendalam sehingga saya memutuskan untuk kembali ke tanah air. Satu pesan ayah yang saya ingat sampai mati, jika kita merasa benar maka jangan pernah merasa takut,” ungkap Suryadi.

Walaupun sedari kecil Suryadi sudah terbiasa berorganisasi, seperti Pramuka, OSIS hingga FKPPI namun ia mengaku sama sekali tidak pernah terfikirkan untuk terjun dalam organisasi perburuhan. Bahkan saat ia kembali ke Indonesia tahun 2001, kemudian menikah hingga bekerja di perusahaan otomotif di Purwakarta pada tahun yang sama, Suryadi sama sekali belum mengenal dunia serikat pekerja.

“Saya punya pengalaman menarik sewaktu bekerja di Jepang. Saat itu teman saya mengalami kecelakaan, sehingga membutuhkan biaya yang sangat besar untuk biaya perawatan. Padahal kecelakaan tersebut membuat teman saya untuk sementara waktu tak mampu bekerja,” ujar Suryadi menceritakan pengalamannya saat bekerja di Jepang.

Kondisi ini, lanjutnya, membuat ia dan teman-teman yang lain berjuang keras memaksa perusahaan untuk membiayai perawatan temannya tersebut. Namun malang tak dapat ditolak. Perusahaan ternyata menolak bertanggung jawab karena menurut perusahaan kecelakaan terjadi diluar jam kerja.

Namun Surayadi dan teman-temannya tidak patah arang setelah berusaha sekali lagi akhirnya mereka mendapatkan solusi, orang Jepang yang menabrak temannya akhirnya mau bertanggung jawab membiayai perawatan sekaligus membayar gaji temannya yang mengalami kecelakaan dengan menggunakan asuransi sosial yang berlaku di Jepang.

Pengalaman ini sedikit banyak membuka mata Suryadi betapa rentannya nasib para buruh.  Sehingga pada tahun 2003, ia tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bergabung dalam FSPMI. “Dalam hati saya berjanji mulai saat ini bersama FSPMI saya akan berjuang mengangkat harkat dan martabat buruh di Purwakarta,” janjinya.

Janji ini ia tepati, saat awal bergabung hanya segelintir buruh yang terorganisir di Purwakarta. Namun hari ini dengan selogan “Kalau benar jangan pernah merasa takut” tak kurang sekitar 10 ribu lebih buruh Purwakarta sudah bergabung dengan FSPMI. “Tentu hal ini bukan kerja keras saya sendiri, tapi ini merupakan kerja keras teman-teman aktifis buruh FSPMI di Purwakarta,” tambah Suryadi lagi.

Kerja keras yang tanpa pamrih akhirnya membuat Suryadi di percaya mengemban amanah sebagai Sekretaris KC FSPMI di Purwakarta. Selain itu, di Perusahaannya Suryadi juga diangkat sebagai Bendahara umum PUK FSPMI PT. Hino. Kepercayaan juga diberikan oleh perusahaan kepada pria ini dengan memberikan jabatan senior staff welding kepadanya.

Diakhir perbincangan dengan KP, Suryadi berpesan kepada generasi muda kaum buruh untuk tetap berjuang dan tidak cepat berpuas diri. Karena apa yang telah dicapai selama ini bukanlah hadiah semata namun hasil dari kerja keras dan pengorbanan generasi-generasi sebelumnya. *Msk*

 

Pos terkait