Jakarta, KPonline – Kaum milenial mengeluhkan masalah lapangan kerja. Hal ini disampaikan oleh Sandiaga Uno di Jakarta, Senin (20/8/2018).
Karena itulah, Sandiaga menginginkan Pemilu 2019 dapat dijadikan sebagai ajang menonjolkan gagasan, terutama pada sektor ekonomi.
“Saya akan fokus karena ini (ekonomi lebih baik) disuarakan masyarakat. Tadi dengar sendiri kan (kaum) milenial mengeluhkan masalah lapangan kerja, padahal mereka biasanya nyantai,” kata Sandiaga.
Sebelumnya, Sandiaga menyebut data yang digunakannya diperoleh dari kaum milenial dan emak-emak. Data dari emak-emak adalah data real, karena hal itu adalah gambaran yang dihadapi sehari-hari oleh masyarakat Indonesia. Mereka adalah warga yang merasakan langsung.
Dilansir dari detik.com (15/8/2018), Sandiaga mengatakan, “Kita nggak banyak, data emak-emak yang kita pakai, data milenial yang kita pakai bahwa memang lapangan kerja susah didapat, dan harga tinggi itu jadi catatan kita dan data lainnya merujuk. Kita nggak mau melakukan manipulasi dari data tersebut.”
“Insyaallah, buat kita yang dirasakan masyarakat kita nggak mau jarak dengan masyarakat, kita nggak mau bilang ‘nggak tuh, kelihatan di data-data kita oke-oke saja’, tapi ternyata masyarakat rasakan kesulitan, itu konkret, riil, dan nyata. Tapi kita pastikan mampu jawab aspirasi tersebut,” pungkasnya.
Pernyataan Sandiaga senada dengan apa yang disampaikan Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Drajad H Wibowo. Drajat mencatat, dalam tiga tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi)- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) penciptaan lapangan pekerjaan masih belum maksimal.
“Pada tiga tahun awal pemerintahan Jokowi-JK, 1% pertumbuhan ekonomi hanya mampu menambah jumlah penduduk bekerja sebesar 426.297 penduduk,” kata Drajad sebagaimana dilansir detik.com (20/2/2018).
Bila dirinci, pada 2015 lalu lapangan kerja baru yang tercipta sebanyak 294.085. Kemudian pada 2016 tercipta sebanyak 338.312 lapangan kerja baru. Dan pada tahun 2017 menlonjak hingga 641.183 lapangan kerja baru.
Kendati begitu, angka itu masih jauh lebih rendah dengan rata-rata tambahan jumlah penduduk bekerja di tiga tahun awal pemerintahan Jokowi-JK. Rata-rata tambahan penduduk bekerja di masa pemerintahan Jokowi-JK adalah 2,13 juta penduduk per tahun.
Idealnya, kata Drajad, rasio penciptaan lapangan pekerjaan dalam 1% pertumbuhan ekonomi ialah sebanyak 450 ribu penduduk kerja baru. “Jadi berdasarkan itu kesimpulannya secara nasional adalah kinerja penciptaan lapangan kerja di era Jokowi-JK masih belum maksimal,” tegasnya.