Purwakarta, KPonline-Gerakan buruh adalah ekspresi kolektif perjuangan kelas pekerja atau kaum buruh untuk mendapatkan hak-haknya sebagai pekerja. Namun, menghadapi tantangan yang semakin komplek, gerakan buruh harus berbasis kekuatan massa jika ingin diperhitungkan oleh pemangku kebijakan dan pihak-pihak yang memiliki kekuasaan.
Kekuatan massa tidak hanya menjadi simbol perlawanan, tetapi juga alat utama untuk membangun daya tawar yang efektif.
Pertanyaannya, mengapa Kekuatan Massa Penting?
Kekuatan massa adalah jantung dari gerakan buruh. Dalam sejarah perjuangan buruh, keberhasilan sering kali ditentukan oleh kemampuan mereka untuk memobilisasi banyak orang. Massa yang besar mencerminkan legitimasi tuntutan buruh dan menjadi tekanan nyata bagi pemerintah, pengusaha, atau pihak terkait lainnya.
Kekuatan massa juga menunjukkan bahwa perjuangan buruh bukan sekadar kepentingan individu atau kelompok kecil, tetapi mewakili aspirasi kolektif yang tidak dapat diabaikan. Ketika massa buruh bersatu dalam jumlah besar, mereka menciptakan “tekanan sosial” yang dapat mengubah kebijakan dan mendesak pelaksanaan keadilan.
Selain itu, kekuatan massa sebagai Alat Daya Tawar. Dimana, dalam konteks perundingan, kekuatan massa memberikan posisi tawar yang lebih kuat kepada gerakan buruh.
Misalnya, aksi demonstrasi besar-besaran atau mogok kerja yang melibatkan ribuan pekerja memiliki dampak langsung pada perekonomian. Situasi ini memaksa pengambil kebijakan untuk memperhatikan dan merespons tuntutan buruh, karena stabilitas ekonomi dan sosial bergantung pada penyelesaian konflik tersebut.
Sebagai contoh, dalam isu penetapan Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota (UMSK), buruh yang mampu memobilisasi ribuan orang ke jalan menunjukkan bahwa isu ini bukanlah persoalan remeh. Tekanan politik yang dihasilkan dari aksi massa seperti ini sering kali menjadi faktor penentu dalam mendorong perubahan kebijakan.
Dan perlu diketahui, solidaritas dan konsolidasi juga merupakan salah satu kunci mobilisasi massa. Namun, kekuatan massa tidak akan efektif tanpa adanya solidaritas dan konsolidasi. Serikat buruh harus mampu menyatukan pekerja dari berbagai sektor untuk memperbesar jumlah massa yang terlibat. Karena solidaritas lintas sektor juga menjadi cara untuk memperkuat legitimasi tuntutan buruh, karena menunjukkan bahwa perjuangan mereka memiliki relevansi luas.
Tak hanya itu, konsolidasi juga berarti menyusun strategi yang jelas dan terkoordinasi. Gerakan yang terorganisasi dengan baik dapat memastikan bahwa kekuatan massa tidak hanya menjadi simbol, tetapi juga alat untuk mencapai tujuan yang konkret.
Selanjutnya, meskipun kekuatan massa sangat penting, membangun mobilisasi dalam jumlah besar tidaklah mudah. Buruh menghadapi tantangan berupa perpecahan internal, ancaman dari pengusaha atau pemerintah, serta rendahnya kesadaran sebagian pekerja akan pentingnya gerakan buruh.
Oleh karena itu, serikat buruh harus mengatasi hambatan ini melalui pendidikan dan penyadaran. Penting bagi serikat untuk menjelaskan bahwa perjuangan kolektif adalah satu-satunya cara untuk melawan ketidakadilan dan mendapatkan hak yang layak.
Intinya, gerakan buruh harus berbasis kekuatan massa, jika ingin diperhitungkan dalam pengambilan keputusan yang memengaruhi kesejahteraan mereka. Massa yang besar adalah simbol legitimasi, alat tekanan, dan daya tawar yang tidak dapat diabaikan. Namun, kekuatan ini hanya dapat diwujudkan melalui solidaritas, konsolidasi, dan mobilisasi yang terorganisasi dengan baik.
Dalam perjuangan buruh, kekuatan massa bukan hanya tentang jumlah, tetapi juga tentang bagaimana menggunakannya secara strategis untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Hanya dengan bersatu dan bergerak bersama, kaum buruh dapat memastikan suara mereka didengar dan hak-hak mereka diperjuangkan.