Kelas Pekerja yang Pernah Dicap Sebagai Underbow Gerakan Kiri: Jejak Sejarah dan Stigma yang Bertahan

Kelas Pekerja yang Pernah Dicap Sebagai Underbow Gerakan Kiri: Jejak Sejarah dan Stigma yang Bertahan

Purwakarta, KPonline–Sejarah perjalanan kelas pekerja di Indonesia tak lepas dari dinamika politik yang melibatkan stigma ideologis, khususnya pada masa Orde Lama dan Orde Baru. Salah satu stigma yang hingga kini masih membayangi sebagian kelompok pekerja adalah tuduhan sebagai underbow gerakan kiri atau organisasi sayap Partai Komunis Indonesia (PKI). Tuduhan ini tidak hanya menjadi bagian dari narasi politik masa lalu, tetapi juga meninggalkan dampak sosial dan politik yang panjang bagi kelas pekerja di tanah air.

Pada era 1950-an hingga 1965, gerakan buruh di Indonesia berada di puncak kejayaannya. Organisasi seperti Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) menjadi kekuatan utama dalam memperjuangkan hak-hak buruh, mulai dari peningkatan upah hingga kondisi kerja yang layak. SOBSI, yang dikenal memiliki hubungan erat dengan PKI, menjadi salah satu elemen penting dalam memobilisasi buruh di sektor industri, pertanian, dan perkebunan.

Bacaan Lainnya

Namun, peristiwa G30S 1965 menjadi titik balik yang menghancurkan gerakan ini. Setelah tragedi tersebut, Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto memberangus organisasi-organisasi yang diduga memiliki keterkaitan dengan PKI. SOBSI dan kelompok buruh lain yang dianggap “merah” dibubarkan, dan anggotanya menjadi sasaran penangkapan, pengasingan, bahkan pembunuhan massal.

Stigma sebagai “underbow PKI” tidak hanya menghancurkan organisasi-organisasi buruh pada masa itu, tetapi juga menimbulkan trauma yang diwariskan secara turun-temurun. Banyak pekerja dan keluarganya yang harus hidup di bawah bayang-bayang tuduhan tanpa bukti. Dalam beberapa kasus, mereka kehilangan pekerjaan, hak politik, dan akses sosial hanya karena dicap “kiri”.

Meski rezim Orde Baru telah berakhir pada 1998, warisan stigma tersebut masih bertahan. Upaya untuk menghidupkan kembali gerakan buruh sering kali dihadapkan pada tantangan besar, termasuk tuduhan serupa. Padahal, gerakan buruh modern lebih berfokus pada isu-isu universal seperti perlindungan tenaga kerja, penghapusan diskriminasi, dan jaminan sosial.

Ada yang menilai bahwa stigma tersebut sengaja diciptakan untuk melemahkan posisi tawar kelas pekerja. “Dengan melabeli gerakan buruh sebagai bagian dari PKI, negara menciptakan legitimasi untuk menekan perjuangan mereka. Ini adalah cara untuk mempertahankan dominasi kapitalisme dan mencegah terciptanya kesetaraan sosial”

Namun, perjuangan belum selesai. Dalam dua dekade terakhir, berbagai serikat pekerja telah bangkit dan menegaskan kembali hak-hak mereka tanpa embel-embel ideologi tertentu. Kelompok-kelompok seperti Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) terus memperjuangkan keadilan sosial bagi buruh sambil berusaha melawan stigma sejarah yang kerap menghambat langkah mereka.

Stigma sebagai underbow PKI adalah bagian dari sejarah panjang yang penuh luka bagi kelas pekerja di Indonesia. Namun, dengan semangat solidaritas dan perjuangan, gerakan buruh modern berupaya membangun masa depan yang lebih inklusif dan adil. Kini, saatnya masyarakat memandang mereka bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai bagian penting dari roda perekonomian dan pembangunan bangsa.

Untuk itu, mulai saat ini jangan takut untuk menjadi bagian dari gerakan buruh dengan menjadi anggota serikat pekerja. “Berserikat bukanlah tindakan melawan, melainkan langkah untuk menciptakan hubungan industrial yang harmonis dan saling menguntungkan. Hak anda sebagai pekerja tidak hanya sebatas bekerja, tetapi juga berorganisasi demi masa depan yang lebih baik”.

Pos terkait