Kerangkeng Berkarat

Batam, KPonline – Suara motor yang kukendarai sudah tidak nyaman didengar. Bahkan mengganggu telingaku. Ini pertanda jika kendaraanku harus di service.

Aku berguman sendiri. Ada apa lagi dengan kuda besiku ini? Sambil tetap berkendara, kuingat-ingat, jika dalam beberapa hari lagi gajian. Dengan terpaksa aku meluncur ke bengkel langganan.

Bacaan Lainnya

Bengkel langgananku dekat dengan pasar kaget yang sore itu sedang ramai. Sesaat setelah aku turun dari motor, hujan turun. Beruntung, hujan turun saat aku sudah berada di dalam bengkel. Begitulah, untuk banyak hal, kita memang harus beryukur.

Wangi aroma mie ayam dari warung sebelah membuyarkan lamunanku saat menunggu motor diperbaiki. Kubuka dompet yang hampir lengket karena nyaris tidak pernah ada isinya. Aku tersenyum kecut.

Akhirnya kuhibur perutku sendiri. Tenang, masih ada stock mie instan di rumah. Aku tidak mau menanggung resiko uangku tidak cukup untuk membayar service motor jika harus membeli mie ayam, yang sebenarnya harganya juga tidak seberapa.

Sepulang dari bengkel, kunyalakan kompor di rumah dengan bantuan korek api dan tusuk sate. Pemantik komporku rusak. Akuu masak mie instanku dengan semangat 45. Semacam pembalasan dendam karena tidak kesampaian makan mie ayam. Toh judulnya masih sama, sama-sama makan mie.

***

Sambil menyantap mie instan, pikiranku menerawang. Seperti flashback. Apa cita-citaku? Apa aku bermanfaat bagi orang banyak?

Belenggu aktifitas dan tuntutan akan kebutuhan hidup semakin besar. Tapi aku masih takut keluar dari zona nyaman.

Aku jenuh. Setiap hari ini-ini saja yang harus kujalani. Aku hanya tahu bekerja, menerima upah, membayar cicilan, dan bertahan hidup.
Kerangkeng ini hampir 15 tahun mengepung. Sudah berkarat. Malam itu aku mengibaratkan diriku sendiri seperti seekor hamster yang hanya tahu berlari kencang di roda berputar.

Sembari mencuci mangkok aku membesarkan hatiku sendiri. Masih banyak diluar sana yang kehidupannya lebih sulit. Tidak sepantasnya aku mengeluh. Aku harus semangat!

Memang ini tidak mudah. Tetapi aku percaya, bahwa kerangkeng itu harus dirubuhkan. Kelilit tali yang menjerat, sehingga aku terkungkung sendiri harus dipatahkan.

Karena itulah, aku mulai aktif berserikat. Dengan serikat pekerja, setidaknya aku bisa terbang jauh. Cakrawala berfikir menjadi makin luas. Dan yang terpenting, aku memiliki kesempatan lebih banyak untuk berbagi dan belajar bersama dengan orang lain.

Bukankah yang paling bermanfaat diantara kita adalah yang paling manfaatnya bagi sesame?

====

Penulis: Vero

Tulisan ini merupakan hasil praktek pelatihan menulis yang diselenggarakan Pimpinan Cabang SPEE FSPMI Kota Batam. Jika organisasi (PUK/PC/KC) di wilayah anda ingin mengundang Tim Media Perdjoeangan dalam pelatihan menulis, kirimkan surat melalui email: koranperdjoeangan@gmail.com. Kami akan dengan senang hati untuk berbagi dan belajar bersama. Baca juga tulisan menarik lainnya dari  Peserta Pelatihan Menulis..

Pos terkait