Keraton Yogyakarta Rayakan Malam 1 Suro Dengan Ritual Topo Bisu Lampah Mubeng Benteng

Keraton Yogyakarta Rayakan Malam 1 Suro Dengan Ritual Topo Bisu Lampah Mubeng Benteng

Yogyakarta, KPonline – Malam 1 Suro selalu dirayakan sebagian masyarakat di Jawa, terutama mereka yang tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta maupun Kota Solo, Jawa Tengah.

Perayaan Malam 1 Suro di Yogyakarta maupun Solo biasanya diadakan pada malam hari saat Tahun Baru Islam atau 1 Muharram.

Pada tahun ini, Keraton Yogyakarta dan Keraton Kasunanan Solo bakal menggelar perayaan Malam Suro pada Minggu (7/7/2024).

Meski begitu, perayaan Malam 1 Suro di Yogyakarta dan Solo berbeda meski keduanya merupakan wilayah gugusan Mataram Islam.

Dikutip koran perdjoeangan dari laman resmi keraton Yogyakarta, (7/7/2024), Keraton Yogyakarta biasanya menggelar peringatan Malam 1 Suro dengan melakukan ritual Topo Bisu Lampah Mubeng Benteng.

Ritual tersebut dilakukan sudah dilakukan sejak zaman Sri Sultan Hamengku Buwono II. Peserta Topo Bisu Lampah Mubeng Benteng adalah abdi dalem, bregodo Keraton Yogyakarta, perwakilan dari masing-masing kabupaten/kota di DIY, dan masyarakat umum.

Para perwakilan membawa panji-panji atau bendera dari setiap kabupaten/kota, yakni Kabupaten Sleman, Bantul, Gunungkidul, Kulonprogo dan Kota Yogyakarta.

Sebelum Topo Bisu Lampah Mubeng Benteng dimulai, abdi dalem keraton akan melantunkan tembang macapat yang berisi doa dan harapan.

Tembang tersebut dilantunkan di kawasan Bangsal Pancaniti, Keben Keraton Yogyakarta.

Setelah itu, masyarakat yang mengikuti ritual Topo Bisu Lampah Mubeng Benteng akan berjalan dari Bangsal Pancaniti, Jalan Rotowijayan, Jalan Kauman, Jalan Agus Salim, Jalan Wahid Hasyim, Suryowijayan, Pojok Beteng Kulon, Jalan MT Haryono, Pojok Beteng Wetan, Jalan Brigjen Katamso, Jalan Ibu Ruswo, dan berakhir di Alun-alun Utara.

Menurut salah satu abdi dalem keraton Yogyakarta, peserta ritual Topo Bisu Lampah Mubeng Benteng akan berjalan kaki sejauh empat kilometer. Meski begitu, peserta ritual Topo Bisu Lampah Mubeng Benteng akan diam atau membisu selama berjalan.

Tatapan mata mereka juga akan mengarah ke depan sebagai simbol keabadian atau keabadian diri sekaligus menentang segala tindakan selama setahun terakhir.

Mubeng memiliki arti keliling, dan beteng berarti benteng. Sesuai dengan namanya, mubeng beteng adalah kegiatan berjalan kaki mengelilingi tembok benteng Keraton Yogyakarta. (Yanto)