Kisah di Balik Sebuah Cerita Para Relawan Jamkeswatch

Kisah di Balik Sebuah Cerita Para Relawan Jamkeswatch

Bogor, KPonline, – “Uang yang ada di kantong waktu itu, cuma tinggal selembar. Sepuluh ribu. Dan pilihannya cuma ada dua, pertama buat beli bensin terus berangkat ke Kantor KC FSPMI Bogor, atau ke RSUD Cibinong buat bantu salah seorang anggota keluarga dari pengurus PUK di wilayah Gunung Putri,” ungkap Heru Purnairawan, salah seorang Relawan Jamkeswatch Bogor, ketika ditemui Media Perdjoeangan pada saat Pendidikan dan Pelatihan Sosialisasi, Konsultasi dan Advokasi bagi para Relawan Jamkeswatch.

Dirinya mengisahkan, ada kisah dibalik sebuah cerita, dari perjalanan hidup para Relawan Jamkeswatch yang jarang sekali diekspos oleh media foto, media videografi, media sosial, maupun media-media yang lain. Hal ini dikarenakan tingkat keikhlasan yang mereka tanamkan dalam hati, melebihi rata-rata orang biasa. Bahkan tidak jarang, atau seringkali mereka menolak untuk diwawancarai oleh Media Perdjoeangan. “Saya dan kawan-kawan Relawan Jamkeswatch yang lainnya, lebih memilih kepuasan batin, ketimbang diekpos di media massa. Bukan karena apa-apa, kami takutnya pahala kebaikan yang telah kami curahkan karena atas dasar keikhlasan, malah hilang,” ujar Arief Rachman, menjawab pertanyaan Media Perdjoeangan.

Bacaan Lainnya

Lain halnya dengan Anjarwati, buruh di salah satu pabrik elektronik di bilangan Pasir Angin, Cileungsi, Bogor ini, lebih memilih untuk menjadi “Pejuang Kesehatan” lebih karena panggilan hati. “Pernah ada satu kasus, yang hingga kini nggak akan mungkin bisa saya lupakan. Pasien berada di Brebes, dengan penyakit kanker usus yang sudah menahun. Karena masih terbilang anak-anak, hal itu yang justru membuat saya semakin bersemangat untuk menolong, hingga mendampingi pasien hingga sembuh. Jalinan emosional itulah, yang membuat hubungan silaturahmi keluarga kami dengan keluarga pasien, menjadi melebihi hubungan persaudaraaan,” tutur Anjarwati.

Kedekatan dan hubungan emosional antara para Relawan Jamkeswatch dengan para pasien, sungguh diluar dugaan. Yang pada awalnya bukan siapa-siapa, tidak kenal dan tidak memiliki hubungan apapun, setelah mengenal dan mendapakan pelayanan kesehatan yang memadai karena pendampingan dari Jamkeswatch, hubungan tersebut melebihi hubungan apapun. Ada semacam, tali pengikat antara pasien yang mendapat pendampingan Relawan Jamkeswatch dengan para relawan. Ungkapan terima kasih tiada tara yang tak terucapkan, akan tetapi melalui sebuah ungkapan tindakan dan perilaku yang baik.

Dalam mendampingi pasien pun, seringkali para Relawan Jamkeswatch, mengesampingkan kebutuhan pribadi mereka, ketimbang kebutuhan pasien. Seperti yang pernah dirasakan oleh Sani, mantan buruh ini pernah kelaparan di salah satu rumah sakit di Cileungsi. “Waktu itu karena urgensi, jadi sampai lupa bawa tas, dompet dan yang lainnya. Cuma bawa ponsel aja. Lupa makan, lupa segalanya. Karena yang ada didalam pikiran kami, bagaimana agar pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dan memadai. Bahkan sampai lupa makan, karena nggak mungkin juga kan, saya meminta makan ke pihak keluarga pasien. Mereka juga lagi kesusahan, masa iya saya harus menyusahkan keluarga pasien yang sedang kesusahan. Dan sampai sekarang, saya nggak bakal lupa sama (alm) Banu, yang waktu itu membawakan makanan buat saya,” kisah Sani, menceritakan pengalamannya sebagai Relawan Jamkeswatch.

Hal-hal baik memang sudah seharusnya ditebarkan, disemai dan dijaga keberlangsungannya. Tidak lain dan tidak bukan, agar kebaikan tersebut dapat terus menjalar dan “menular” kepada orang lain. “Jadi memang, nilai-nilai yang gue dapet sebagi relawan itu, nggak akan ternilai dengan uang. Jadi meskipun kita relawan, kita nggak di gaji, tapi apa yang kita dapat itu, melebihi apa yang telah kita keluarkan. Jadi manfaatnya luar biasa yang gue rasain. Dan gue bangga jadi relawan kesehatan. Dan gue siap kawan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), agar lebih baik lagi pelayanannya bagi masyarakat Indonesia,” jelas Deta Akhiriyanti, salah seorang Relawan Jamkeswatch, yang berasal dari kalangan masyarakat.

Pernahkah kita mendengar kisah dibalik cerita, perjalanan Relawan Jamkeswatch dalam mendampingi pasien BPJS Kesehatan, yang mengalami kendala di rumah sakit, klinik dan pelayanan kesehatan lainnya ? Inilah kisah mereka, secuil cerita yang dapat kita ambil hikmahnya. Betapa berat perjuangan mereka, dalam mendampingi dan mengadvokasi pasien BPJS Kesehatan. Betapa keikhlasan yang mereka curahkan, jejak langkah mereka tidak terekam, baik melalui media fotografi, media videografi, media sosial, maupun media-media lainnya.

Menjadi Relawan Jamkeswatch adalah jalan hidup mereka. Keikhlasan mereka adalah salah satu kunci pembuka bagi jalan kesembuhan bagi mereka yang membutuhkan pertolongan dalam bidang kesehatan. Sehat Hak Rakyat mungkin hanyalah slogan belaka. Tanpa pengawalan dan pengawasan yang ketat dari berbagai lapisan masyarakat. Dan Relawan Jamkeswatch membuktikannya, dengan cara mereka sendiri, demi masyarakat, demi rakyat.

Sehatlah selalu Pejuang Kesehatan. (RDW)

Pos terkait