Bekasi, KPonline – Sepenggal ceritaku sore ini. Sepulang kerja duduk di teras rumah sambil minum kopi, untuk menghilangkan rasa capek dan lelah karena aktifitas seharian dan perjalanan pulang, Kamis (09/03/2023).
Datang seorang ibu dan seorang anak usia 5 th dengan membawa sebuah kipas angin yang sudah tidak baru lagi. Turun dari motor, sambil dengan suara memelas dan sesekali mau menangis, dengan suara lirih dia berkata, “Pak, bisa minta tolong nggak pak?”
Dengan rasa iba ibu karena lihat anak yang di bonceng, saya persilahkan duduk di bangku di teras rumah. Istri dan saya merasa iba dengan ibu yang datang sore hari ini, dia menawarkan kipas yang entah nyala atau tidak, saya disuruh beli. Untuk biaya berobat anaknya yang katanya terkena “Kanker Pankreas.”
Karena saya bagian dari Relawan Kesehatan, saya tanya, “apakah ibu gak punya BPJS?”. Dia menjawab “tidak!” Saya tanya lagi, “ibu mau saya bantu bikin BPJS Kesehatan?” Jawab ibu itu. “Terima kasih pak kalau mau di bantu, tapi anak saya kata dokter harus segera dibawa kerumah sakit pak.”
Saya bilang, “iya bu, harus dibawa tapi ibu kan gak cukup biayanya kalau hanya menjual kipas ini saja.”
Saya bilang lagi, “Ya udah sekarang gini aja, kipas ibu saya beli, ibu minta berapa?” ibu itu menjawab, “350.000 saja pak.”
Kata saya, “ya udah saya beli, tapi saya pingin tau kondisi anak ibu yg sakit, sekalian saya analisa kasusnya, saya boleh gak ke rumah ibu?” Kata si ibu, “boleh saya tinggal di Blok X2 No. 13 Mega Regency.”
Di antarlah saya ke rumah yang dimaksud. sesampai di tempat, saya ditunjukin. “Ini rumah saya pak,” kata dia. Rumah dalam keadaan terkunci, saya ketuk pintunya, katanya kunci dibawa keponakannya membawa anaknya kerumah sakit.
Saya tambah penasaran, saya tanya ke tetangga depan rumahnya yang kebetulan pengurus RT. Saya tanya ke beliau, “Bapak kenal gak dengan ibu ini, yang katanya tinggal di rumah ini?” kata bapak itu “tidak kenal!”
Saya tanya sama ibu lagi, “yang tinggal di sini siapa?” “bu Santi,” jawab ibu itu. Lalu saya tanya ke bapak tetangganya tadi, “yang tinggal disini namanya siapa pak?” Kata bapak itu “Yuni”.
Saya tambah penasaran, kata dia ada temannya yang nolongin di blok XX belakang ruko. Saya suruh nunjukin yang di belakang ruko. Berangkatlah kita ke sana.
Terpaksa saya mengaku sebagai Ketua RW dan saya bilang ke ibu, “bu kalau yang di sini, saya dari ujung sebelah sana sampai di sana saya kenal.” Tiba-tiba ibu itu berhenti dan pura-pura nerima telepon.
Kata dia, “saya nggak boleh ke rumahnya, karena anaknya sudah dibawa ke rumah sakit.”
Saya bilang sama ibu itu, “bu kalau saya gak boleh lihat anak ibu, yang katanya sakit, saya nggak jadi beli kipas ini, sekarang ambil aja kipasnya dan cari mangsa yang lain saja.”
“Alhamdulillah, saya nggak jadi terkena penipuan hari ini,” kataku dalam hati. (Supriadi Erte)