Jakarta, KPonline – Memperingati hariĀ perempuan sedunia atau yang biasa kita sebut International Women’s day yang jatuh pada tanggal 08 Maret setiap tahunnya, tepat hari ini di Gedung Joeang 45 Jakarta, Perempuan Indonesia yang di fasilitatori oleh Partai buruh menggelar Konferensi Perempuan Indonesia. Selasa (07/03/23)
Tak hanya dari unsur buruh, kegiatan kali ini diikuti oleh beberapa lintas sektor juga dari perwakilan mahasiswa.
Terlihat Said Iqbal, yang tak lain Presiden Partai Buruh dalam sambutannya mengatakan, “Mari bicara tentang perempuan klas pekerja, hak-hak perempuan, dan harapan terhadap Perempuan Indonesia. Kesempatan kali ini bukan tentang Partai Buruh saja, tapi kali ini adalah bentuk gagasan gerakan para perempuan indonesia dalam memperingati hari perempuan sedunia”, tegasnya
Said Iqbal berharap juga bahwa perempuan bisa ambil peran dalam pengambil keputusan di kursi legislatif nanti.
Setelah Konferensi di buka oleh Presiden Partai Buruh, acara langsung dilanjut dengan Seminar tentang Perempuan dalam Politik. Dengan narasumber yang hadir, (dari kiri ke kanan)
1. Nani Kusmaeni – FSPMI
2. Yeni Roza – Perhimpunan Jiwa Sehat (Pejuang buruh 98)
3. Jecki – Federasi Serikat Pekerja Bandara Indonesia (Mantan Pramugari Garuda Indonesia)
4. Suciwati – Omah Munir (Istri Alm. Munir)
5. Jumisih , Moderator
Yeni Roza, salah satu narasumber menyampaikan tentang penyandang disabilitas yang sangat minim penghasilan.
Dia juga menceritakan data tenaga kerja dari disabilitas hanya 2%. Karena kondisi sudut pandang yang sebelah mata, menyebabkan susahnya disabilitas mendapat pekerjaan yang layak. Sedangkan biaya hidup mereka adalah lebih tinggi dari orang normal.
Yeni menaruh harapan juga bahwa skema perlindungan sosial yang diperjuangkan dalam partai buruh adalah perlindungan sosial bagi penyandang disabilitas.
Serupa dengan Yeni, Nani Kusmaeni dari buruh FSPMI, mencetuskan tentang pemikiran orang awam yang apolitik atau anti politik.
Hal ini justru keliru. Dia mengatakan bahwa antara serikat pekerja dan politik adalah satu kesatuan yang tidak bisa di pisahkan.
Serikat pekerja tidak bisa memperjuangkan kebijakan politik. Sementara pentingnya politik adalah sebagai pengambilan kebijakan.
“Hadirnya Partai Buruh saat ini adalah bukan keinginan. Tapi kebutuhan bahwa partai buruh saat ini menjadi kita harus ambil peran. Alat perjuangan ini adalah senjata kita.” pungkasnya Nani Kusmaeni.
(Penulis : Mia)