Kritik Tajam Khusnadi Terhadap Kebijakan Tapera di Depan Kantor Grahadi Surabaya

Kritik Tajam Khusnadi Terhadap Kebijakan Tapera di Depan Kantor Grahadi Surabaya

Surabaya, KPonline — Ribuan massa aksi yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia melakukan demonstrasi di depan kantor Grahadi Surabaya. Konsulat Cabang (KC) Surabaya, Khusnadi, menyampaikan orasinya diatas Mobil Komanndo (MOKOM) yang keras dan penuh semangat mengkritik kebijakan pemerintah, khususnya Program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera).

Dalam orasinya di atas Mokom Khusnadi menyoroti ketidakadilan yang dirasakan oleh para pekerja dan rakyat kecil. “Kawan-kawan, di negara kita, tidak seharusnya ada perbedaan perlakuan antara perempuan dan pria. Keduanya harus dilindungi oleh negara dengan kekuatan yang sama. Tidak boleh ada diskriminasi dalam undang-undang, pekerjaan, maupun dalam hukum,” tegas Khusnadi.

Bacaan Lainnya

Khusnadi juga menyinggung tentang ketidakadilan ekonomi yang dirasakan selama bertahun-tahun. “Negara kita sudah berdosa berpuluh-puluh tahun karena undang-undang yang hanya mementingkan segelintir orang. Kita sering mendengar kata ‘merdeka’, tetapi kesejahteraan masih jauh dari harapan. Upah buruh tidak mengalami kenaikan signifikan meskipun negara kita kaya dengan sumber daya alam,” lanjutnya.

Dengan suara lantang, Khusnadi mengkritik janji-janji pemerintah yang dianggapnya tidak pernah terealisasi. “Apa yang kita rasakan hanyalah kebohongan-kebohongan pemerintah. Banyak rakyat yang masih berkeliaran di tepi jalan untuk mencari nafkah. Apakah ini yang dinamakan negara kesejahteraan? banyak rakyat yang terlantar di rumah sakit, berjuang mendapatkan layanan kesehatan yang layak.”

Khusnadi mengajak para pekerja untuk berjuang demi kesejahteraan keluarga dan masa depan anak-anak mereka. “Hidup kita hanya sekali. Jadikanlah hidup kita berarti. Ceritakanlah kisah yang indah bahwa kita hidup di negara yang sejahtera, bukan negara yang menindas rakyatnya sendiri.”

Dalam orasinya, Khusnadi menegaskan bahwa Tapera bukanlah solusi bagi perumahan rakyat, melainkan tambahan penderitaan.
“Dengan pajak yang semakin besar, pertumbuhan ekonomi tidak menjamin kesejahteraan rakyat. Pendidikan anak-anak kita semakin terabaikan. Perjuangkan pendidikan anak-anak kalian. Jangan sampai kita mewariskan kebodohan kepada mereka.”

Orasi ini mencerminkan kekecewaan mendalam dan kemarahan buruh terhadap kebijakan yang dianggap tidak adil dan memberatkan mereka.

Aksi protes ini diharapkan dapat mendorong pemerintah untuk mendengarkan suara buruh dan mempertimbangkan kembali kebijakan yang telah diterapkan, agar benar-benar berpihak pada kesejahteraan rakyat. (Abdul Muis)