Lagu Rindu Kampung di PT Hantoong Batam

Lagu Rindu Kampung di PT Hantoong Batam

Batam,KPonline – Kumandang Adzan Sholat Isya telah berlalu, sayup sayup suara seorang da`i memberikan kultum jelang sholat tarawih di sebuah masjid yang sepertinya agak jauh dari tempat kami di sini. Suaranya riuh rendah bersahutan dengan suara mesin metal stamping di PT Hantong Batam.

Malam ini saat kami datang ke sana, sejumlah buruh PT Hantong Batam masih harus bekerja lembur untuk menyelesaikan beberapa produk pesanan dari kustomer. Meski mereka tahu bahwa kerja kali ini tanpa upah sama sekali, akan tetapi tak nampak keterpaksaan di wajah mereka.

Bacaan Lainnya

Paska di tinggal kabur oleh pemilihnya dengan membawa semua uang perusahaan, mereka di pimpin oleh ketua PUK PT Hantong Suprapto, harus memutar otak sendiri untuk memperoleh uang masuk guna membayar gaji mereka

“ Ini kami sedang mengerjakan produk dari PT Siix dan Epson “ Ungkap Suprapto kepada kami. Sorot matanya nampak kelelahan, meski suaranya masih seperti biasanya. Sampai di sini saya tak mampu lagi untuk mengajukan beberapa pertanyaan lagi. Ia selanjutnya yang memulai cerita.

“Sekarang perusahaan kami ambil alih, dan hari ini kami gotong royong untuk menyelesaikan pesanan, agar sebelum lebaran ini kami ada sedikit uang, karena gaji kami bulan Mei dan THR tahun ini seperti yang bung ketahui uangnya sudah di bawa kabur semua oleh pemilik Hantong”.

Ketika kami bertanya tentang aset perusahaan dan pesangon buruh, Suprapto mengatakan bahwa nilai aset sekarang ini jika di jual tak akan cukup untuk pesangon mereka

“ Mereka sudah ada yang bekerja hingga 18 tahun, saya sendiri sudah 15 tahun di sini”
“ Untuk aset nanti kita akan coba tawarkan ke pihak lain, untuk membayar pesangon kami”
“Pemilik Hantong, Janet Lim pun sampai sekarang belum tahu keberadaannya di mana” Tambah Suprapto

“Kantor Singapura juga tidak mau bertanggungjawab dengan apa yang terjadi di Batam. Mereka sudah tidak mengakui lagi PT Hantong ini, karena hutangnya sudah 1.6 Juta dolar. Di mana pemilik perusahaan, kita juga sudah tak tahu, komunikasi terputus sampai saat ini”

Meski sedih, Suprapto mengungkapkan bahwa buruh Hantong masih kompak guna menyelesaikan sendiri hak-hak mereka dan ia berharap dengan kondisi ini akan jadi pelajaran bagi pemerintah daerah dalam melindungi rakyatnya. Pengawasan perusahaan asing yang masuk juga harus diperketat, sehingga pemilik perusahaan asing kabur tidak terulang lagi di Batam.

Jam 21.00 malam hari, suara mesin stamping sudah tak terdengar lagi, mereka segera berkemas untuk urusan lainnya yang lebih penting lagi, keluarga mereka di rumah sudah menanti dengan penuh cemas. Anak –anak merekapun sudah rindu untuk segera melantunkan ayat-ayat Tuhan dengan bimbingan orangtua mereka di bulan ramadhan ini

Sebuah lagu rindu kampung segera menggantikan suara mesin –mesin tersebut, menyayat kalbu, mengusik kerinduan pada kampung halaman, sanak saudara yang jauh di sana serta memberi pesan bahwa lebaran tinggal menghitung hari. (Ete)

Pos terkait